5/29/2021
5/18/2021
Shilaturahmi Akan Melapangkan Rizqi dan Memanjangkan Umur
Umat Islam khususnya masyarakat Indonesia yang beragama Islam mempunyai tradisi tahunan yaitu halal bihalal atau shilaturahmi. Shilaturahim atau halalbihalal ini dilaksanakan pada bulan Syawal, setelah melaksanakan puasa Ramadhan. Masyarakat Indonesia mempunyai tradisi bahwa setelah melaksanakan salat Idul Fitri kemudian dilanjutkan dengan bershilaturahmi, berkunjung kepada saudara, teman dan kerabat.
Shilaturahmi adalah merupakan perintah Rasulullah, shilaturahmi mempunyai hikmah akan memperlancar rezeki dan dipanjangkan usianya.
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezkinya, atau ingin dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahmi." (HR. Buchari, Muslim)
Tradisi halal bihalal atau shilaturahmi biasanya diikuti dengan kegiatan makan bersama. Dalam setiap rumah menyediakan makanan dengan berbagai macam jenis, dari makanan kecil hingga makanan besar, makanan kecil terdiri dari makanan kering dan juga makanan yang sifatnya basah. Kadang di sediakan buah-buahan yang bisa dinikmati secara gratis. Setiap rumah sudah menyediakan hidangan yang demikian itu diperuntukkan bagi setiap tamu yang berkunjung ke rumahnya.
Tradisi shilaturahmi ini adalah merupakan tradisi yang bagus, pada saat Idul Fitri setiap orang yang bertemu akan mengucapkan minal ‘aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin. Demikian pula orang yang diajak bicara pun itu juga akan menyampaikan permohonan maafnya. Tradisi shilaturahim atau halal bihalal itu menyadarkan pada setiap manusia yang tidak pernah lepas dari salah dan dosa, karena itu setiap kesalahan baik yang disengaja atau tidak disengaja dengan kerelaan dan ketulusan hati pada bulan tersebut menyatakan bersalah dan memohon maaf.
Hal yang demikian itu selaras dengan sabda rasul bahwa ketika masuk tanggal satu Syawal maka kondisi manusia menjadi fitrah. Namun tradisi yang baik ternyata ada yang dilupakan. Shilaturahmi hakekatnya adalah untuk menyambung tali persaudaraan dan persahabatan. Persaudaraan ini bisa diikat karena nasab (keturunan), lingkungan, sekeyakinan dan seprofesi. Kadangkala tidak disadari bahwa manusia mempunyai potensi yang belum diketahui, potensi itu berada pada rohani manusia. Akan bangkit ketika dalam kondisi keterpaksaan atau dalam kondisi pengamatan dan pengalaman. Menyadari dengan kesuksesan pada dirinya sendiri, bisa ditularkan kepada yang lain. Atau bisa jadi menyadari kelemahan dan kegagalan dirinya, lalu bangkit dengan kesuksesan orang lian. Potensi pada masing-masing orang, kadang bisa bangkit ketika melihat fenomena yang ada, bisa dari keberhasilan orang lain, dari aktivitas orang lain, dari jerih payah orang lain, baik yang disampaikan dengan kata-kata, perbuatan karena melihat fenomena yang ada lalu ditangkap. Bagaimana bisa diterapkan pada dirinya sendiri untuk bisa memberikan sesuatu yang terbaik pada orang lain atau bisa belajar pada orang lain sehingga bisa merubah kondisinya dirinya sendiri.
Setelah bershilaturahmi akan berkelanjutan, bahwa shilaturahmi bukan hanya satu kali pada bulan Syawal, tetapi berkelanjutan. Yang tadinya motivasinya adalah berkunjung, mengeratkan shilaturahmi, tapi kemudian berkembang bahwa mengeratkan shilaturahmi karena adanya persamaan dalam profesi, dalam aktivitas, kesibukan atau bahkan dalam upaya untuk mencari maisyah. Karena itu akan menjadi shilaturahmi yang berkelanjutan, dari sekedar teman biasa itu akan menjadi saudara, yang tadinya tidak dikenal kemudian bisa menjadi saudara.
Dalam Alquran Allah juga sudah mengingatkan bahwa:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. (QS. Ali Imran: 190)
Hal yang demikian sering dilupakan ketika bershilaturahim, berkunjung pada sanak saudara, hanya sekedar berbasa-basi, ngobrol sebentar kemudian dilanjutkan dengan makan-makan dan kemudian pamitan. Alangkah baiknya bila menanyakan tentang kabarnya, kesehatannya, pekerjaannya. Dari sini akan bisa menangkap apa yang menjadi kelebihannya sehingga dia bisa meraih kesuksesan. Dengan demikian akan bisa belajar kepada saudaranya, yang jelas jangan sungkan untuk meniru sebatas itu hal yang baik. Hal demikian ini sering dilupakan adanya peluang dan kesempatan diperoleh tidak harus melalui bangku sekolah atau lembaga pendidikan tapi diperoleh secara langsung melalui aktivitas manusia.
5/11/2021
Adaptasi Kebiasaan Baru Dalam Beribadah, Khutbah Idul Fitri 1442 H - 2021 M
اَللهُ أَكْبَرُ ×٩ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا . لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَ حْزَابَ وَحْدَهُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُ لِلَّهِ جَعَلَ أَيَّامَ الْأَعْيَادِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ َأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. َأمَا بَعدُ: فَيَاأَيُّهَاالنَّاسُ, فَأُوِصْيكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah
Pertama dan paling utama khatib berwasiat khususnya pada diri sendiri dan umumnya pada jemaah sekalian, marilah bersama-sama kita berupaya untuk meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah subhanahuwata'ala yaitu dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah. Mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta'ala menetapkan pribadi kita menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah, sebagaimana hasil akhir dari kita melaksanakan ibadah puasa Ramadhan yaitu la'allakum tattaqun agar menjadi orang yang bertakwa.
Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamdu Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah
Pada tahun ini kita sekalian kaum muslimin diberikan anugerah oleh Allah sehingga bisa kembali melaksanakan salat Id secara berjamaah. Berbeda dengan tahun 2020 ketika pemerintah menghimbau kepada umat Islam untuk tidak menyelenggarakan kegiatan Ramadhan di rumah masingmasjid dan musholla. Sehingga shalat lima waktu, shalat tarawih, tadarus Alquran salat Id di rumah masing-masing. Bahkan menghimbau pada masyarakat umat Islam untuk tidak melaksanakan salat Jumat tetapi salat Jumat diganti dengan salat zuhur. Hal yang demikian ini karena pada tahun tersebut negara Indonesia khususnya dan dunia sedang dalam masa ketakutan menghadapi pandemi Covid-19.
Pada tahun 2021 ini kita sekalian diberikan kelonggaran oleh pemerintah untuk bisa melaksanakan salat Id sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, akan tetapi pelaksanaan shalat Id tahun ini pun juga dihimbau oleh pemerintah untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dengan melaksanakan 5 M yang meliputi mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas. Hal ini sebagai upaya dan ikhtiar dari pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona, bagaimana agar masyarakat menjadi sehat dan selamat dari pandemi tersebut. Upaya mengatasi pandemi Covid-19 dilanjutkan lagi dengan melaksanakan vaksin.
Pada tahun ini ternyata Covid-19 masih aktif menggejala, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Bapak H. Musta’in Ahmad dalam siaran persnya menyampaikan bahwa ada beberapa wilayah mengalami peningkatan atau penambahan claster penularan Covid- 19 seperti di Banyumas, Sukoharjo, Sragen, Sidokerto Pati. Karena itu beliau mengajak kepada tokoh agama tokoh masyarakat untuk bersama-sama memerangi guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, jangan lengah, jangan putus asa dan jangan menyerah. Covid masih ada maka agar umat Islam lebih berhati-hati jangan sampai pelaksanaan ibadah menjadi sebab penyebaran virus corona.
Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamdu Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah
Ketika pemerintah menerapkan adaptasi baru dalam upaya untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19, bagaimanakah kita sekalian umat Islam untuk bisa menerapkan adaptasi baru menerapkan protokol kesehatan dan adaptasi baru menerapkan ajaran agama Islam.
Adaptasi kebiasaan baru dalam beragama yang sesungguhnya merupakan kebiasaan lama yang telah diterapkan oleh Rasululah Muhammad SAW 14 abad yang lalu. Adaptasi kebiasaan yang lama tetapi nampak seperti baru, meliputi:
• Pertama puasa Ramadhan adalah ibadah yang sudah pernah dilaksanakan, bahkan sudah berkali-kali ibadah puasa dilaksanakan dan tetap akan terus dilaksanakan oleh umat Islam. Demikian pula salat, zakat, haji merupakan ibadah yang diulang-ulang, dengan pengulangan itu akan mengalami peningkatan, menjadi lebih baik dari kemarin dan hari esok akan lebih baik dari hari yang ini. Allah memerintahkan manusia untuk beribadah, hal ini selaras dengan tujuan Allah menciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah.
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
• Kedua pada bulan suci Ramadhan kita mempunyai kebiasaan yang seakan itu kebiasaan baru, seperti taklim meliputi ceramah, kajian Islam, kultum, kuliah subuh yang semuanya ini nampak seperti kebiasaan baru, padahal ini adalah merupakan kebiasaan lama yang sudah dilakukan oleh Rasulullah 14 abad yang lalu. Ketika Rasulullah menerima wahyu dari Allah manusia kepada Rasulullah untuk menyampaikan kepada umatnya sehingga untuk berdakwah kepada umatnya, Rasulullah juga mengadakan pengajian pengajian yaitu dalam bentuk halaqah-halaqah, yang diselenggarakan di masjid, demikian pula pada zaman sahabat. Pada zaman sekarang khususnya pada bulan Ramadhan kegiatan-kegiatan menjadi kegiatan rutin namun semuanya ini hendaknya kita lestarikan dan kita kembangkan lagi.
• Ketiga tadarus Alquran, di masjid, langgar, mushola setiap malam ramai dengan orang-orang membaca Alquran, hendaknya jangan terputus hanya di bulan Ramadhan tetapi menjadi kebiasaan bagi umat Islam untuk mencintai kitab sucinya.
• Keempat gerakan infaq dan shadaqah yang dibuktikan dengan pemberian santunan kepada fakir miskin, pemberian ifthor berbuka puasa adalah merupakan wujud rasa kepedulian umat Islam, kepada orang-orang yang tidak mampu. Karena sesungguhnya Puasa itu adalah merupakan ibadah yang diwajibkan bagi seluruh umat Islam baik laki-laki perempuan, tua atau muda, kaya atau miskin. Saat berpuasa Allah memberikan keadilan kepada semua orang, karena semua orang yang berpuasa akan merasa haus dan lapar yang harus ditahan hingga waktu berbuka puasa. Kondisi haus dan lapar sesungguhnya menjadi kebiasaan bagi orang-orang yang miskin. Karena itu dengan puasa diharapkan dapat mengetuk hati para aghniya’ agar mendermakan sebagian penghasilan yang diperolehnya diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu untuk meringankan beban dan penderitaan mereka.
Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamdu
Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah
Idul Fitri adalah artinya kita kembali kepada fitrah, pada tanggal 1 syawal umat Islam hatinya sudah menjadi fitrah/ suci, seperti bayi yang baru lahir dari kandungan ibunya. Karena itu pada tanggal satu Syawal kita sekalian memulai kebiasaan-kebiasaan adaptasi baru yang sesungguhnya kebiasaan lama dan merupakan sunnah rasul. Karena itu mengawali adaptasi beragama pada bulan Syawal dengan melaksanakan puasa sunnah:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ اَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang melaksanakan puasa Ramadhan kemudian diikuti 6 hari pada bulan Syawal seperti orang yang berpauasa sepanjang masa”. (HR. Muslim)
Marilah kita berbuka puasa pada tanggal satu Syawal, kemudian diikuti dengan melaksanakan puasa Syawal. Dengan beradaptasi kebiasaan yang telah dilaksanakan oleh rasulullah insya-Allah akan bisa menumbuhkan rasa ikhlas, sabar, tawakal, tawadhu’, Istiqomah, disiplin dan lain sebagainya.
Karena itu ketika masuk tanggal 1 Syawal kondisi manusia yang fitrah dihadapkan dengan ancaman dari syetan yang akan terus menggoda manusia, sebagaimana riwayat Wahab bin Munabbih Rasulullah SAW bersabda:
اِنَّ اِبْلِيْسَ عَلَيْهِ اللَّعْنَةُ يَصِيْحُ فِى كُلِّ يَوْمِ عِيْدٍ فَيَجْتَمِعُ اَهْلُهُ عِنْدَهُ فَيَقُوْلُوْنَ: يَا سَيِّدَنَا مَنْ اَغْضَبَكَ اِنَّانَكْسُرُهُ فَيَقُوْلُ لَا شَىْءَ وَلَكِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ غَفَرَ لِهَذِهِ الْاَمَّةِ فِى هَذَاالْيَوْمِ فَعَلَيْكُمْ اَنْ تَشْغُلُوْهُمْ بِاللَّذَّاتِ والشَّهَوَاتِ وَشُرْبِ الْخَمْرِ حتَّى يَبْغَضَهُمُ اللهُ
" Sesungguhnya iblis yang terlaknat berteriak-teriak saat Idul Fitri tiba. Lalu berkumpullah anak buahnya dan bertanya, wahai tuanku, siapa gerangan yang membuat paduka marah-marah akan kami pecahkan kepalanya. Iblis menjawab, tidak ada apa-apa. Hanya saja Tuhan telah memberi ampun kepada umat manusia hari ini. Maka kalian harus menjadikan mereka sibuk dengan kesenangan, nafsu syahwat dan mabuk-mabukan, agar Tuhan murka". (Durotun Nashihin)
Karena itu agar terhindar dari godaan syetan kita berupaya untuk melakukan dzikir yaitu dzikir bil qolb, dzikir bil lisan, dzikir bil hal dan dzikir bil mal. Ketika melaksanakan dzikir bil qalb, bagaimana hati selalu terpaut kepada Allah. Kalimatullah ada pada hati, sehingga di manapun berada dia akan merasa selalu dalam pengawasan Allah. Walaupun dia tidak bisa melihat Allah, tapi yaqin bahwa Allah selalu mengawasi. Dengan dzikir bil qolb keyakinan yang kokoh inilah, maka kemudian lisan akan terbimbing untuk selalu mengucapkan kalimat dengan mengucapkan takbir, tahlil, tahmid dan juga senantiasa beristighfar kepada Allah.
Ketika lisan sudah terbimbing dengan kalimat-kalimat ini, maka akan terjaga dari perkataan yang tidak baik. Bahkan dengan keyakinan yang ada di dalam hati dengan ucapan lisan yang bagus, selanjutnya akan terbimbing pula dengan sikap dan perilaku yang baik. Dengan perilaku yang sebagaimana sudah dicontohkan oleh Rasulullah, berupaya untuk mentaati perintahnya Allah dan menjauhi larangannya. Dengan iman yang kuat sekalipun dia dalam kondisi apapun selalu ingat kepada Allah. Ketika dia mendapatkan ujian maka akan bersabar, ketika mendapat anugerah selalu bersyukur. Anugerah Allah berupa rizki, dengan penghasilan yang melimpah, maka menyadari bahwa itu adalah merupakan karunia Allah dan dari sebagian kecil karunia Allah itu dia keluarkan untuk meringankan memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Semoga dengan semangat Idul Fitri, kita akan lebih bergairah untuk meningkatkan amal ibadah dan pengambaan diri kepada Allah SWT, Amin.
جَعَلْنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ وَاَدْ خِلْنَا وَاِيَّاكُمْ مِنْ زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصّٰلِحِيْنَ . وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
الخطبة الثنية
اَللهُ اَكْبَرُ ×٧ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْدًالِلْمُؤْمِنِيْنَ وَخَتَمَ بِهِ شَهْرَ الصِّيَامِ لِلْمُخْلِصِيْنَ . اَشْهَدُ اَنْ لَا ِالٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَشْهُوْرُ بِفَطَانَتِهِ وَاَمَانَتِهِ وَصِدْقِهِ وَتَبْلِيْغِهِ وَصَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى اللهُ عَنْهُ وَحَذَرَ. فَقَاَلَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَآأَيُّهاَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللّٰهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
5/10/2021
Nindakaken Pakulinan Enggal, Nguri-Uri Sunnah Rasul- Khutbah Idul Fitri 1442 H Bahasa Jawa
اَللهُ أَكْبَرُ ×٩ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا . لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَ حْزَابَ وَحْدَهُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ, اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. أَلْحَمْدُ لِلَّهِ جَعَلَ أَيَّامَ الْأَعْيَادِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ َأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. َأمَا بَعدُ: فَيَاأَيُّهَاالنَّاسُ, فَأُوِصْيكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah
Pertama lan ingkang yang paling utami khatib wasiat khususipun dhateng pribadi piyambak sumrambah dhumateng panjenengan sedaya, mangga kita sami ningkataken iman dan taqwa dhumateng Allah subhanahu wa ta'ala inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar menapa ingkang dados awisanipun Allah. Mugi mugi kanthi ketaatan kita dhateng Gusti Allah, kanthi ikhlas lan istiqomah saget njagi lan ngiyataken iman lan taqwa, selaras kalian hasil saking nindakaken ibadah shiyam Ramadhan inggih punika la'allakum tattaqun, supaya dados tiyang ingkang taqwa. Sedaya amal sae ingkang sampun dipun tindakaken mugi-mugi saged dadosaken pribadi muslim ingkang saestu iman lan taqwa dhateng Gusti Allah.
Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamdu Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah
Ing dinten riyaya Idul Fitri, sedaya umat Islam sami ngraos bingah amargi sampun tingkas anggenipun nindakaken shiyam Ramadhan. Ananging ugi kuciwa amargi wulan Ramadhan sampun telas, sahingga sak punika sampun mlebet ing wulan Syawal. Kautaman ibadah ingkang paling kathah namun ing wulan Ramadhan, Rasulullah SAW ngendika:
كُلُّ عَمَلِ بْنِ اَدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا اِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفِ, قَال اللهُ تَعَالَى اِلَّا الصَّوْمَ فَاِنَّهُ لِى وَاَنَا أَجْزِى بِهِ (رواه مسلم)
“Kabeh amale Bani Adam bakal ditikelake 10 hingga 700 kebagusan, Allah ngendika kejaba puasa, mangka satuhune puasa iku kanggo Ingsun, lan Ingsun kang bakal aweh piwales marang dheweke”. (HR. Muslim)
Shiyam Ramadhan punika ibadah ingkang kathah kautaman lan barokahipun, sedaya ibadah dipun tikelaken ganjaranipun dening Gusti Allah lan ibadah puasa ganjaranipun langsung dipun tampi dening Allah. Sak punika kita mlebet ing wulan Syawal, amal ibadah ingkang dipun tindakaken badhe dipun paringi ganjaran selaras kalian amal ibadahipun, boten dipun tikelaken malih.
Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamdu Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah
Riyaya Idul Fitri tahun punika benten kalian tahun 1441 H/ 2020 M lan sak derengipun. Nalika wonten ing tahun 2020 sedaya kaum muslimin dipun himbau nindakaken ibadah wonten ing dalemipun piyambak, kaleres shalat gangsal wekdal, shalat tarowih lan shalat Idul Fitri, malah shalat Jum’at dipun gantos kalian shalat dhuhur. Benten kalian sak derengipun tahun 2020, tiyang Islam sami suka cita nindakaken ibadah shalat Id kanthi sareng-sareng, salam-salaman, silaturahim, sami gumregah makmuraken masjid lan musholla, sami-sami maos takbir, tahlil lan tahmid.
Wonten ing tahun punika pemerintah Indonesia paring kelonggaran dhateng umat Islam, kanthi penerapan adaptasi kebiasaan baru saget nindakaken shalat Id wonten ing masjid lan lapangan kanthi nerapaken protokol kesehatan, amargi Covid-19 salah setunggaling pandemi ingkang tasih ngancam dhateng kesehatan lan keslamatanipun manungsa. Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Bapak H. Musta’in Ahmad ngendika bilih ing salebetipun wulan Ramadhan punika wonten peningkatan tiyang ingkang kenging Covid-19 kados wonten ing Banyumas, Sukoharjo,Sragen, Sidokerto Pati, nularipun punika saking klaster pelaksaaan shalat tarowih. Pramila piyambakipun ngendika bilih Covid-19 punika tasih wonten lan ngancam dhateng kesehatan lan keslametaning masyarakat, mila protokol kesehatan kedah dipun tingkataken, ampun lengah, ampun sembrono, ampun sayah mugi-mugi dados berkah.
Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamdu Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah
Menawi kita gatosaken makna Idul Fitri inggih punika kondur ing kawontenan ingkang fitrah, setunggal Syawal jiwa kita dados fitrah, kados bayi ingkang nembe lahir, sahingga kita mlebet ing wulan Syawal inggih punika kangge peningkatan. Pramila ing wulan Syawal mangga kita melai kanthi aktifitas ibadah ingkang sae. Sedaya amal ibadah wonten ing wulan suci Ramadhan mangga kita kita terasaken, supados tahun punika saget langkung sae tinimbang tahun ingkang sampun kalampahan. Rasululah SAW paring janji:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ اَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Sapa wonge nindakake puasa Ramadhan nuli dikanteni nem dina ing wulan Syawal maka (ganjarane) kaya puasa sak lawase urip”. (HR. Muslim)
Kanthi pandemi Covid-19 punika mangga kita sami nindakaken adaptasi kebiasaan baru, menawi ing dalem medis anggenipun kita nindakaken protokol kesehatan kanthi nindakaken 5 M inggih punika nyuci asta, ngagem masker, ngedoh seka kanca lan tangga, ngedohi saka perkumpulan, ngirangi lelungan. Mekaten punika minangka usaha lan ikhtiar supados saget katebihaken saking pandemi Covid-19. Lan kangge jangkepi usaha lan ikhtiar inggih punika kanthi dipun vaksin.
Adaptasi kebiasaan baru ing dalem nindakaken dhawuhipun agami ingih punika nindakaken sunnah Rasulullah SAW. Kebiasaan punika sampun dipun tindakaken dening Rasululah Muhammad SAW 14 abad kapengker. Kebiasaan minangka wujud saking ibadah ingkang dipun tindakaken kanthi dipun ambal-ambali. • Sepindah, shiyam Ramadhan punika ibadah ingkang dipun ambal-ambali, semanten ugi shalat, zakat, haji minangka ibadah ingkang sampun dipun tindakaken, lan badhe dipun tindakaken malih ing wekdal ingkang badhe dhateng. Ibadah punika minangka wujud penghambaan diri dhateng Allah. Amargi manungsa dipun ciptakaken supados manembah dhateng Allah:
“Lan Ingsun ora nyiptakake jin lan manungsa, ananging supaya dheweke pada nyembah marang Ingsun (Allah)”. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
• Kaping kalih nindakaken shalat tarawih, punika kebiasaan ingkang sampun dipun tindakaken dening Rasulullah Muhammad, sinaosa sampun maksum nanging rasullah tansah istiqomah anggenipun jumenengaken. Melai tanggal setunggal Syawal kita tindakaken shalat tarowih kanthi ngulinakaken shalat lail lan shalat-shalat sunnah sanesipun.
• Kaping tiga, ing wulan Ramadhan umat Islam sami nindakaken taklim arupi pengaosan, kajian Islam, kultum lan kuliah subuh. Mekaten punika dipun tindakaken saperlu paring pangertosan lan pemahaman dhateng umat ngengingi syariat lan jaran Islam saha dipun terasaken kanthi pendidikan karakter. Nalika Rasulullah SAW paring dhawuh tentu sampun nindakaken. Sahingga kasebat ing dalem Alquran rasullah punika figur uswatun hasanah.
• Kaping sekawan tadarus Alquran, ing masjid langgar lan musholla umat Islam sami nindakaken tadarus Alquran. Mekaten punika perilaku sae ingkang dados ibadah, ananging kedahipun tadarus Alquran dipun dadosaken pakulinan.
• Kaping gangsal, ing wulan Ramadhan umat Islam gadah kebiasaan demen anggenipun shadaqah dhaharan kagem tiyang- tiyang ingkang nindakaken ifthor soim lan dipun tutup kanthi ngedalaken zakat fitrah. Puasa Ramadhan punika ibadah ingkang dipun wajibaken dhateng sedaya tiyang Islam, lan sedaya tiyang ing wekdal siang badhe ngraosaken ngelak lan ngelih. Kagem tiyang fakir miskin kawontenan mekaten punika sampun dados kawontenan ing saben wekdalipun. Benten kalian para aghniyak ingkang gesang sarwa kecekapan. Sahingga kanthi shiyam badhe nuwuhaken raos empati, inggih punika ndherek ngraosaken susahipun tiyang-tiyang miskin. Sahingga para aghniyak kersa paring pambiyantu dhateng fuqra’ lan masakin kanthi ngedalaken infaq lan shadaqahipun.
Allahu akbar Allahu akbar walillahilhamdu
Kaum muslimin jemaah shalat Id Rahimakumullah Menawi kita gatosaken Covid-19 utawi virus corona punika kados syetan. Manungsa boten mangertosi papan lan panggenanipun, syetan punika tansah ngancam dhateng tiyang ingkang iman dan taqwa dhumateng Allah, syetan tansah paring pangridu dhateng tiyang Islam. Malah syetan punika dados musuh ingkang nyata. Musuhipun boten ketingal nanging saget dipun atasi kanthi tansah eling dhateng Allah, inggih punika kanthi taat lan mituhu nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar awisanipun. Saking Wahab bin Munabbih, Rasulullah SAW ngendika:
اِنَّ اِبْلِيْسَ عَلَيْهِ اللَّعْنَةُ يَصِيْحُ فِى كُلِّ يَوْمِ عِيْدٍ فَيَجْتَمِعُ اَهْلُهُ عِنْدَهُ فَيَقُوْلُوْنَ: يَا سَيِّدَنَا مَنْ اَغْضَبَكَ اِنَّانَكْسُرُهُ فَيَقُوْلُ لَا شَىْءَ وَلَكِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ غَفَرَ لِهَذِهِ الْاَمَّةِ فِى هَذَاالْيَوْمِ فَعَلَيْكُمْ اَنْ تَشْغُلُوْهُمْ بِاللَّذَّاتِ والشَّهَوَاتِ وَشُرْبِ الْخَمْرِ حتَّى يَبْغَضَهُمُ اللهُ
" Satemene Iblis kang dilaknat bengak-bengok nalika tumeka Idul Fitri. Nuli kumpul anthek-antheke lan takon, he tuanku, sinten kang damel paduka duka, badhe kula pecahake sirahe. Iblis jawab, ora ana apa-apa. Mung wae Allah wis aweh pangapura marang manungsa ing dina iki. Mangka sira kabeh kudu dadekake manungsa kabeh pada repot marang kesenengane, nafsu syahwat, mabuk-mabukan, supaya Allah murka”. (Durotun Nashihin)
Kangge bentengi saking pangriduning syetan inggih punika kanthi dzikir, leres dzikir bil qalb, billisan, bil hall an bil mal. Dzikir bil qalb, bilih Allah sampun cumathil wonten ing sak lebeting manah. Tiyang Islam tansah rumaos lan ngrumaosi bilih Allah tansah ngantheni, sinaosa boten mangertosi Allah nanging yakin bilih Gusti Allah tansah mirsani. Sak sampunipun nggadhahi keyakinan punika lajeng dipun ikraraken kanthi lisanipun, kalimat tasbih, tahmid, tahlil, istighfar tansah dipun ucapaken. Sahingga lisan sampun beradaptasi kalian pangandikan ingkang sae sak terasipun badhe mujudaken tumindak ingkang sae.
Tumindak ingkang dipun landasi kalian keyakinan ingkang leres, lisan ingkang bagus sahingga dhatengaken kemaslahatan umat. Mugi-mugi pandemi Covid-19 saget dipun pendet hikmahipun, kagem i’tibah, muhasabah, pasrah lan nyuwun pangapun dhateng Allah.
الخطبة الثنية
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ, أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ, أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ, اِنَّ اللهَ غَفُوْرٌرَّحِيْمٌ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُ اَكْبَرُ ×٧ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْدًالِلْمُؤْمِنِيْنَ وَخَتَمَ بِهِ شَهْرَ الصِّيَامِ لِلْمُخْلِصِيْنَ . اَشْهَدُ اَنْ لَا ِالٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَشْهُوْرُ بِفَطَانَتِهِ وَاَمَانَتِهِ وَصِدْقِهِ وَتَبْلِيْغِهِ وَصَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى اللهُ عَنْهُ وَحَذَرَ. فَقَاَلَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَآأَيُّهاَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللّٰهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
5/06/2021
Lailatul Qadar, Kaberkahan Ing Dalem Ibadah Sewu Wulan
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا, وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِاَجْلِ التَّقْوَى,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَافِعُ اْلأُمَّةِ وَخَيْرُ اْلبَرِيَّةِ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ وَيَجْتَنِبُوْنَ اْلَمنْهِيَّاتِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Kaum muslimin jamaah shalat Jum’at Rahimakumullah Pertama lan ingkang paling utami khatib tansah wasiat khususipun dhateng pribadi kawula piyambak lan umumipun dhateng para jamaah, mangga kita sareng-sareng sami ningkataken amal ibadah wonten Ngarsa Dalem Allah subhanahu wa ta'ala kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun lan nilar saha nebihi sedaya awisanipun Allah. Ing wulan suci Ramadhan Allah tansah paring berkah, rahmat lan maghfirahipun dhateng tiyang-tiyang ingkang iman lan taqwa dhateng Allah. Ing wulan suci Ramadhan punika kasebat ing hadits qutsi ibadah puasa langsung dipun tampi dening Gusti Allah. Ibadah sunnah badhe tikelaken, dipun etang dados ibadah wajib. Boten namung mekaten, Gusti Allah ugi badhe paring tambahing rahmat kagem tiyang-tiyang ingkang pinanggih kalian lailatul qadar, inggih punika turunipun Alquran.
“Wulan Ramadhan, kang ana ing wulan iku diudhunake (kawitane) Alquran, minangka dadi pituduh tumrap para menungsa lan dadi tandha kang jelas rupa pituduh lan rupa dhawuh-dhawuh kang mbedakakake (antara perkara kang bener lan perkara kang salah)”. (QS. Al Baqarah: 185)
Kasebat ing dalem tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Abbas lan para sahabat nabi ngendika bilih ing wulan Ramadhan punika, Alquran dipun turunaken saking Lauhul Mahfudh dumugi Baitul Izzah ing langit dunya, sak terasipin dipun turunaken mipil selaras kalian kabetahanipun salami 23 tahun.
Kaum muslimin jemaah shalat Jumat Rahimakumullah.
Ing dinten punika kita sampun mlebet sedasa dinten terakhir ing wulan suci Ramadhan, sekedhap malih kita badhe dipun tilar kalian bulan suci Ramadhan. Wulan ingkang kathah berkah, rahmat lan maghfirahipun Gusti Allah. Ing wulan punika kita ngajeng- ngajeng suwarganipun Allah, amargi ibadah ing wulan suci Ramadhan punika ibadah ingkang istimewa jalaran sedaya ibadah dipun tikelaken ganjaranipun dening Allah SWT.
Ing wulan suci Ramadhan punika kita ugi ngajeng-ajeng dhatengipiun lailatul qadar, inggih punika setunggaling wengi ingkang dipun muliakan dening Allah, jalaran sinten kemawon nalika ing wekdal dalu punika nindakaken amal ibadah badhe dipun paring ganjaran kados tiyang ingkang ngibadah selami sewu wulan. Menawi dipun etang kirang langkung 83 tahun. Ing wulan suci Ramadhan punika wonten keajaiban ingkang dipun paringaken Allah minangka wujud sangking rahmat lan rahimipun Allah. Wonten ing salebeting pun Alquran surat Al Qadar Allah paring pangandikan:
“Satemen Insun wus nurunake (Alquran) ana ing wengi kamulyaan. Lan apa sira ngerti, apa tah sejati ini wengi kemuliaan iku? Wengi kemulyaan iku luwih bagus ketimbang sewu wulan. Ana ing wengi iku pada mudhun malaikat-malaikat lan malaikat Jibril kanthi (nggawa) ijin pangerane kanggo ngatur sekabehane urusan. Wengi iku para malaikat pada uluk salam (marang wong- wong mukmin lanang wadon) nganti tumeka mleteke fajar”. (QS. Al Qadar: 1-5)
Ing wekdal lailatul qadar punika para malaikat tumurun sareng kalian turunipun rahmatipun Allah, lan para malaikat ugi sami nyertani para ahli ibadah lan ahli dzikir. Malaikat paring pikurmatan dhateng sedaya tiyang Islam ingkang saweg nindakaken ngibadah, paring salam hingga wekdal subuh. Ing sedasa dinten terakhir punika kedahipun dipun kiyataken anggenipun nindakaken ibadah, amargi Rasulullah sampun paring pangandikan bilih Lailatul Qadar badhe dhumawah wekdal punika:
أَنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ
“Satemene salah sejine sahabat nabi SAW ngerteni lailatul qadar nang sak jerone ngimpi tumeka ing pitung dina kang akhir, mangka Rasulullah SAW ngendika “Aku ngerti lamun impenmu ngenangi lailatul qadar iku bener klakon ana ing pitung bengi kang akhir. Mula sapa kang gelem dedhepe maring Gusti Allah supaya pikantuk, mula lakonana ing pitung wengi kang akhir”. (HR. Buchari)
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Goleka Lailatul Qadar ana ing bengi kang ganjil ing sak jerone sepuluh dina kang akhir saking Ramadhan". (HR. Buchari)
Saking hadits punika setunggal nedahaken bilih lailatul qadar dhumawah ing sedasa dinten kang akhir lan hadits sanesipun wonten ing tanggal ingkang ganjil. Mila sinaosa mekaten prayoginipun sedaya dinten ing wulan Ramadhan dipun manfaataken kangge nindakaken lan ningkataken amal ibadah. Amargi usaha merkoleh lailatul qadar punika sifatipun inggih usaha lan ikhtiyar ingkang dipun tindakaken lan Allah ingkang paring keputusan. Sahingga nalika para kawula saget pinaggih kalian lailatul qadar mila dosa-dosanipun badhe dipun ngapunten dening Allah:
وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“dan barangsiapa yang menegakkan lailatul qadar karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya". (HR. Buchari Muslim).
Mugi-mugi kita saget nyempurnakaken shiyam Ramadhan, saget nyegah saking perkawis ingkang saget batalaken lan ngrisak ibadah puasa. Dipun sempurnakaken kanthi ngathah-ngathahaken amaliyah sunnah, amin ya Robbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
5/04/2021
Mencari Rizeki, Melihat, Merenung dan Melaksanakan
Kalau kita mengingat sejarah negara Indonesia pada tahun 2007, dimana pada tahun itu adalah merupakan tonggak perjalanan zaman reformasi, sebelum tahun itu dikenal dengan masa orde baru. Peralihan dari orde baru ke reformasi pada saat itu terjadi di perubahan yang luar biasa dalam kehidupan masyarakat, khususnya di bidang ekonomi, sosial, politik, kemaamanan, agama dan budaya. Masyarakat sungguh mengalami suatu penderitaan yang luar biasa, barang kebutuhan kehidupan sehari-hari naik drastis sampai 400%.
Teringat pada waktu itu harga 1 buah Indomie dari Rp. 250,- berganti menjadi 1.250. Jadi naiknya menjadi 500% belum lagi kebutuhan-kebutuhan yang lain yang semakin menanjak sementara kerusuhan terjadi dimana-mana. Saling hujat terjadi pada saat itu, kehidupan masyarakat sungguh pada waktu itu mengalami krisis ekonomi, sosial dan krisis politik.
Pada tahun tahun 2021 kembali kita diuji oleh Allah dengan andemi Covid-19, banyak orang yang terkena dampak dari pandemi ini. Susah mencari pekerjaan, susah mencari nafkah dan lainnya. Ada seorang yang merenung, bahwa dia sudah berusaha yang menurut dirinya sudah maksimal untuk mencari rezeki, akan tetapi yang didapat itu adalah hasil yang sangat minim, untuk kebutuhan harian saja masih kurang apalagi untuk menyimpannya. Dalam perenungan itu kebetulan pada waktu sore hari, ia melihat ada seekor laba-laba yang sedang sibuk membuat rumah, dengan memasang jaringnya sebagai tempat tinggal dan juga untuk membuat perangkap bagi makanan.
Pada waktu sore hari laba-laba terlihat sangat sibuk sekali menyelesaikan rumahnya atau perangkapnya, setelah selesai laba-laba itu bersarang di tengah-tengahnya, begitu ada nyamuk, serangga terperangkap di jaring langsung didatangi dan langsung dia binasakan dan akhirnya menjadi makanannya yang bisa dimakan sampai hari itu atau sampai beberapa saat.
Inilah bahwa salah satu gambaran bahwa rezeki dari Allah itu hendaknya dicari dengan usaha yang maksimal, laba-laba melakukan usaha yang sangat maksimal, menarik jaringnya dari arah atas ke bawah. Dari arah utara ke selatan dari timur ke barat dibentangkan, kemudian menjadi dianyam sehingga menjadi rumah yang begitu indahnya. Dengan usaha yang keras setelah selesai, ia kemudian merenung di tengah-tengah itu. Mungkin dalam bahasa hewannya dia sambil menunggu mangsa yang terjebak di jaringnya.
Jadi itulah bahwa manusia ketika mencari rezeki harus dengan usaha ikhtiar dan tawakal tidak boleh mengeluh apalagi berputus asa. Bermalas-malasan apalagi menggantungkan kepada yang lain. Setiap orang pada dasarnya sudah diberikan kemampuan keahlian dan keterampilan untuk menggapai rezeki yang telah diberikan oleh Allah. Ini adalah salah satu gambaran, manusia belajar pada salah satu ciptaan Allah berupa laba-laba. Mudah-mudahan menjadi bahan i'tibar bagi kita sekalian.
4/28/2021
Taushiyah Majlis Ulama Indonesia Nomor 02/ DP-P.XIII/T/IV/2021 tentang Shalat Idul Fitri di masa Pandemi Covid-19
- Meningkatkan dan ketakwaan kepada Allah di bulan suci Ramadan 1442 H/2021 M dengan tetap mematuhi protokol kesehatan (5 M: mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas) dengan ketat.
- Mematuhi kebijakan pemerintah RI tentang pelarangan mudik di hari raya Idul Fitri 1442 H/2021 M demi kesehatan dan kemaslahatan bersama.
- Shalat Idul Fitri 1 syawal 1442 H dapat dilaksanakan dengan cara berjamaah di masjid, mushola atau tempat lain dengan tetap menerapkan protokol kesehatan sesuai kebijakan pemerintah dan tidak menyelenggarakan di lapangan terbuka dengan jumlah jamaah besar dan heterogen.
- Apabila penyelenggaraan shalat Idul Fitri di lapangan atau tempat terbuka hendaknya dalam jumlah terbatas khusus warga sekitar disiapkan protokol kesehatan ketat dan di bawah pengawasan pihak keamanan.
- Meningkatkan ikhtiar lahir dan batin dalam rangka menjaga kesehatan dan mengakhiri pandemi covid 19 dengan memperbanyak dzikir dan doa kepada Allah SWT.
4/27/2021
SKB Empat Menteri tentang Pelaksanaan Pendidikan Melalui Tatap Muka di Masa Pandemi Covid-19
Covid-19 adalah merupakan pandemi di tingkat global, bukan hanya negara Indonesia yang mengalami pandemi Covid 19, tetapi semua negara. Bahkan ada negara yang tadinya dinyatakan sudah aman dari Covid 19 tetapi kemudian melakukan kegiatan-kegiatan dan layaknya seperti tidak ada Covid, akibatnya negara tersebut menjadi negara yang rentan dengan penderita Covid yang semakin meningkat, contohnya India.
Indonesia sebagai negara yang mempunyai jumlah penduduk sangat besar, tersebar di seluruh kepulauan.
Indonesia negara yang berkomitmen untuk bisa memutus mata rantai penyebaran virus Corona. Oleh karena itu lembaga pendidikan yang merupakan kumpulan dari para peserta didik, dengan mengacu pada protokol kesehatan maka lembaga pendidikan itu kemudian dihentikan dari kegiatan tatap muka.
Sudah berjalan setahun lamanya lembaga pendidikan, meliputi sekolah, madrasah, juga pondok pesantren, perguruan tinggi melakukan kegiatan pendidikan dengan sistem daring dan luring. Dalam kondisi ini setiap peserta didik yang baru saja masuk dalam lembaga pendidikan kemudian naik tingkat. Sesama peserta didik tidak pernah bertemu demikian pula dengan para pendidik.
Kondisi yang demikian terus mendatangkan keprihatianan, kejenuhan dari seluruh lembaga pendidikan. Karena itu pemerintah ingin agar kegiatan pendidikan dengan tatap muka dapat dilaksanakan tetapi kesehatan dan keamanan tetap terjaga. Karena itu menjadi kewenangan pemerintah untuk mengeluarkan aturan, tokoh agama dan tokoh masyarakat berupaya untuk mensosialisasikan peraturan dari pemerintah, kemudian masyarakat yang berupaya untuk mentaati kebijakan atau aturan dari pemerintah. Tanpa adanya pemahaman dan komitmen bersama untuk memutus mata rantai penyebaran covid, maka upaya yang dilakukan niscaya tidak akan menuai keberhasilan.
Pemerintah dalam hal ini menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri untuk mengeluarkan surat keputusan bersama. Kerjasama terus ditingkatkan agar peraturan bisa mengikat seluruh lapisan masyarakat. Dalam lembaga pendidikan diadakan identifikasi dan klasifikasi, daerah yang termasuk dalam kawasan zona hijau dan kuning berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nasional boleh melakukan kegiatan pendidikan pengajaran melalui tatap muka dengan mendapatkan izin dari Pemerintah Daerah melalui Dinas Instansi terkait. tentu saja dengan pelaksanaan protokol kesehatan secara ketat.
Suatu daerah yang masuk dalam kategori zona merah dan oranye berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nasional dilarang melaksanakan pendidikan dengan tatap muka, karena itu kegiatan pendidikan dan pengajaran dilakukan secara daring dan luring.
Marilah kita dukung bersama-sama kegiatan yang diputuskan oleh pemerintah, agar upaya untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dapat terwujud tetapi kesehatan masyarakat suja tetap terjaga.
4/23/2021
Tanda-Tanda Ibadah Dipun Tampi Dening Allah-Khutbah Jum'at
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ جَعَلَ أَيَّامَ الْأَعْيَادِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ َأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَىسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اأَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَاالنَّاسُ, فَأُوِصْيكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ . يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Kaum muslimin Jema’ah shalat Jumat Rahimakumullah
Pertama Lan ingkang yang paling utami khatib tansah wasiyat khususipun dhateng pribadi kawula piyambak lan sumrambah dhumateng panjenengan sedaya, mangga sami ningkataken iman lan taqwa dhateng Allah inggih punika kanthi nindakaken dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar menopo kemawon ingkang dados awisanipun Allah. Mugi-mugi kita tansah dipun paringi taufik, hidayah dan inayah saking Ngarsa Dalem Allah sehingga saget dados tiyang ingkang slamet, wilujeng wiwit dunya dumugi alam akhirat samangke. Kaum muslimin Jema’ah shalat Jumat Rahimakumullah. Allah subhanahu wa ta'ala sampun ngendika:
“Lan Ingsun (Allah) ora dadekake jin lan manungsa ananging supaya pada nyembah maring Ingsun (Allah)”. (QS. Adz-dzariyat: 56)
Wonten ayat punika Allah subhanahu wa ta'ala nedahaken bilih Allah dadosaken jin lan menungsa supados nyembah utawi ngibadah dhumateng Allah, kanthi nindakaken dhawuh- dhawuhipun Gusti Allah nilar lan nebihi sedaya awisanipun. Ngibadah punika kedah mawi aturan utawi syariat Islam. Kanthi syari’at utawi aturan insya-Allah ibadah ingkang kita tindakaken dipun tampi dening Allah subhanahu wa ta'ala, paling boten syarat dan rukunipun kedah dipun kanteni kalian ibadah rohani.
Syarat dan rukun punika perkawis ingkang ketingal, ananging menawi syarat ingkang sifatipun rohani punika boten ketingal. Amargi shalat kanthi rohani punika tegesipun ibadah ingkang dipun tindakaken kanthi khusuk. Ing wulan Ramadhan pas sanget kagem nindakaken muhasabah utawi kita ngitung-ngitung dhateng pribadi kita piyambak-piyambak, punapa sak dangunipun gesang sampun kathah anggenipun nindakaken ibadah napa kathah maksiyatipun, punapa pakerti kita sampun dhatengaken kemaslahatan dan amal shalih, Allah ngendika wonten Alquran surat Al Ashr:
“Demi wektu, satuhune manungsa bener-benar ana ing kapitunan, kejaba wong-wong kang padha iman lan nindakake amal shalih, lan nasihat-winasihatan supayane naati kabeneran lan wasiyat- winasiyatan supaya netepi kesabaran”. (QS. Al Ashr: 1-3)
Kaum muslimin Jema’ah shalat Jumat Rahimakumullah
Allah subhanahu wa ta'ala sumpah kanthi wekdal, bilih sedaya manungsa punika wonten ing dalem kapitunan, kejawi tiyang-tiyang ingkang iman lan nindakaken kebagusan. Jalaran iman mawon dereng cekap kejawi dipun kanteni kalian amal sholeh. Wujud saking amal shalih inggih punika nindakaken rukun Islam ingkang cacahipun wonten gangsal, inggih punika syahadat, shalat, zakat, puasa lan haji. Sak sampunipun ngikraraken kalimat syahadatain dipun jumbuhaken kanthi nindakaken shalat gangsal wekdal.
Shalat punika minangka bakti kita dhatang Gusti Allah, ugi saget minangka wujud raos syukur dhateng Allah subhanahu wa ta'ala. Shalat kedah dipun tindakaken kanthi istiqomah. Sak terasipun sasampunipun kita iman lan nindakaken amal shalih kita dipun dhawuhi supados tansah wasiat-winasiatan ing perkawis haq lan tumindak sabar. Mekaten punika syarat ingkang dipun paringaken Allah dhateng kita supados dados tiyang ingkang beja, wiwit saking dunya dumugi alam akhirat.
Ananging kamulyan ing dunya lan akhirat benjang gumantung kalian amal ibadahipun, dipun tampi dening Allah punapa dipun tolak. Minangka damel pepenget wonten mapinten-pinten tanda amal ibadah ingkang dipun tampi: Sepindah ibadah punika badhe dhatengaken manfaat khusus dhateng pribadinipun piyambak lan tiyang sanes. Rasulullah Muhammad SAW ngendika:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعَهُمْ لِلنَّاسِ (رواه احمد)
“Sak bagus-baguse wong yaiku kang migunani marang wong liya”. (HR. Ahmad)
Kaping kalih ibadah punika badhe dadosake roas ketagihan utawi kepingin ngambal-ngambali malih. Kados ibadah shalat ingkang kita tindakaken sinaosa sampun dipun tindakaken yektos kepingin dipun ambali malih. Semanten ugi ibadah puasa, zakat lan haji.
Kaping tiga ibadah ingkang dipun tampi Gusti Allah Inggih punika ibadah ingkang saged nuwuhaken raos ikhlas. Ikhlas punika salah setunggalipun ibadah ingkang dipun tampi dening Gusti Allah. Kanti ikhlas menungsa boten ngitung-itung jumlahipun ngibadah, kanthi ikhlas menungsa boten ngitung-ngitung amal ingkang dipun tindakaken, kanti ikhlas menungsa boten dados ageng ing raos, nalika dipun lembana lan boten serik nalika dipun kritik utawi dipun cacat. Amargi ibadahipun namung kagem Allah. Semanten ugi tiyang ingkang ikhlas tansah yaqin dhateng Gusti Allah, bilih Allah punika tansah pirsa dhateng sedaya tindak lampah kita, sinaosa boten saget mirsani Gusti Allah, nanging tansah yaqin bilih Allah tansah pirsa dhateng piyambakipun.
Mekaten punika ing antawisipun tanda-tanda ibadah ingkang dipun tampi dening Allah. Mugi-mugi Allah tansah paring kekiatan, kesadaran, kemampuan nindakakeh dhawuh-dhawuhipun Allah lan nilar awisanipun sahingga saget slamet, wilujeng ing dunya lan akhirat sak mangke. Amin ya Rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
4/20/2021
KEYAKINAN AMR BIN AL JAMUH UNTUK MERAIH SURGA Teladan dari Sahabat Nabi yang Disabilitas
4/16/2021
Panduan Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri 1442 Hijriyah/ 2021 M- Surat Edaran Menteri Agama RI Nomor 4 tahun 2021
Bulan puasa adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah, karena itu umat Islam menantikan datangnya bulan suci Ramadhan. Pada bulan Ramadhan Allah membuka pintu rahmat dan maghfirahnya. Bahkan amal ibadah pada Bulan Ramadhan akan dilipatgandakan oleh Allah mulai dari 10 tingkatan sampai 700 kali tingkatan. Pada bulan Ramadhan Allah membuka pintu surga, menutup pintu neraka dan setan dibelenggu oleh Allah.
Bulan Ramadhan menjadi kesempatan menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu dan untuk menambah pundi-pundi pahala. Ibadah dan amaliyah bulan suci Ramadhan sangat dinanti-nantikan khususnya bagi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Namun kondisi ini tidak bisa dilaksanakan khususnya pada tahun 2020 M/1441 H, di mana dunia sedang dilanda Covid- 19, sehingga pada tahun tersebut kegiatan keagamaan dipusatkan di rumah atau keluarga masing-masing. Banyak masjid, langgar, mushola dan tempat ibadah yang ditutup termasuk di Masjidil Haram juga ditutup atau hanya dibatasi untuk beberapa orang saja, hingga pelaksanaan ibadah haji pada tahun 2020 ditunda.
Kemudian pada tahun 2021/1442 pemerintah menerapkan adaptasi kebiasaan baru sehingga ibadah puasa dengan amaliyahnya yang dinanti-nantikan dapat dilaksanakan di tempat ibadah. Jadi tempat ibadah, masjid, langgar atau mushola dibuka untuk kegiatan keagamaan tapi dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan menghindari mobilitas.
Kegiatan keagamaan berupa ceramah keagamaan, kultum, kuliah subuh, dilaksanakan maksimal 15 menit dan ini hanya berlaku bagi daerah atau wilayah yang termasuk kategori zona hijau atau kuning. Adapun untuk daerah yang termasuk dalam kategori zona merah dan oranye dihimbau untuk melaksanakan kegiatan keagamaan di rumah masing-masing. Hal ini sebagai upaya untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Untuk selanjutnya pemerintah melalui Menteri Agama Republik Indonesia menerbitkan Surat Edaran Nomor 3 tahun 2021 yang kemudian disempurnakan dengan Surat Edaran No 4 Tahun 2021.
4/15/2021
Reaktualisasi Puasa Ramadhan, antara Rencana dan Aplikasi
َأَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بنِعْمَةَ اْلِإيْمَانِ وَاْلإِسْلَامِ وَاْلِاسْتِقْلَالِ أَوِاْلحُرِّيَّةِ، وَأَفْهَمَنَا مِنْ عُلُوْمِ الدِّيْنِ وَاْلعَقِيْدَةِ، وَبَيَّنَ لَنَا وَأَرْشَدَنَا اْلأَخْلَاقَ الْكَرِيْمَةَ وَاْلأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَافِعُ اْلأُمَّةِ وَخَيْرُ اْلبَرِيَّةِ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ وَيَجْتَنِبُوْنَ اْلَمنْهِيَّاتِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Kaummuslimin Jemaah Jum’ahRahimakumullah
Pada kesempatan yang mulia ini kami mengajak jemaah sekalian marilah bersama-sama kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Yaitu dengan menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Untuk selanjutnya kita akan menjadi hamba Allah yang paling beruntung sejak kita hidup di alam dunia hingga di alam akhirat kelak Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam yang lima, karena Islam ditegakkan atas lima dasar dan puasa Ramadhan adalah salah satu kewajiban yang bagi setiap muslim, menjadi kewajiban karena diperintahan oleh Allah dan dikuatkan dengan perintah Rasulullah SAW.
Puasa Ramadhan adalah merupakan perintah tahunan yang dilaksanakan selama sebulan penuh khusus bagi hamba Allah yang beriman. Puasa adalah kewajiban bagi setiap muslim yang dilaksanakan secara berulang-ulang. Karena itu ada yang sudah mengulang dalam hitungan satuan, ada yang sudah belasan dan ada yang sudah puluhan kali terhitung setelah mencapai usia baligh. Banyak sedikitnya pengulangan bukan menjadi standar meningkatnya iman dan taqwa kepada Allah. Karena ibadah puasa dilihat dari hasilnya atau ending pelaksanaan ibadah puasa adalah la’allakum tattaqun, agar menjadi orang yang bertakwa.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (Al Baqarah: 183)
Puasa adalah salah satu ibadah, dari pengulangan itu hendaknya mempunyai perbedaan dalam peningkatan amaliyah ibadah, sehingga dapat membentuk pribadi yang kuat dalam iman, selalu bergairah dalam peningkatan ubudiyah dan berakhlaq mulia. Puasa Ramadhan dapat menjadi media penghapus dosa-dosa yang telah dilakukan, sebagimana sabda rasul:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَاناً وَاحْتِسَاباً ، غُفِرَ لَهُ ما تَقَدَّمَ مِنْ ذنْبِهِ " متفقٌ عليه .
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena didorong oleh keimanan dan mengharapkan keridhaan Allah, maka diampunkanlah untuk dosa-dosanya yang terdahulu." Ketika dosa-dosa telah dihapus, maka menjadi kesempatan untuk mengukir ibadah dan menambah pahala, karena pada bulan Ramadhan, setiap ibadah akan dilipatgandakan pahalanya.
كُلُّ عَمَلِ بْنِ اَدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا اِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفِ, قَال اللهُ تَعَالَى اِلَّا الصَّوْمَ فَاِنَّهُ لِى وَاَنَا أَجْزِى بِهِ (رواه مسلم)
“Setiap amal baik Bani Adam akan dilipatgandakan 10 hingga 700 kali kebaikan, Allah berfirman kecuali puasa, maka sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan memberi balasan terhadapnya”. (HR. Muslim)
Ada beberapa amalaiyah pada bulan Ramadhan, seperti shalat tarowih, tadarus Aquran, mengikuti kajian Islam, menghafalkan Alquran, melaksanakan i’tikaf, shalat tasbih, menyediakan makan bagi orang yang berpuasa, memberikan santunan pada fakir-miskin dan lainnya.
Kegiatan-kegiatan ini memerlukan sikap istiqomah, karena dengan istiqomah insya-Allah akan membentuk pribadi yang ikhlas, dengan ikhas insya-Allah akan dijauhkan sikap riya’, kibr, ujub. Setiap ibadah yang dilandasi karena lillah/ karena Allah dan tidak ada yang diharapkan kecuali untuk mendapatkan ridha Allah ta’ala, maka ibadah akan membentuk perilaku yang shalih. Bila shalatnya telah berkualitas maka akan dapat menghindarkan dari perbuatan keji dan munkar. Bila puasanya sukses dan berkualitas maka akan tertanan rasa ikhlas, sabar dan selalu berhati-hati dalam bertindak.
Pada bulan Ramadhan juga sebagai media untuk meraih memperbaiki budi perkerti yang baik. Namun puasa Ramadhan juga mempunyai rintangan dan hambatan untuk mencapai kesempurnaan, Rasulullah SAW bersabda:
والصِّيام جُنَّةٌ فَإِذا كَانَ يوْمُ صوْمِ أَحدِكُمْ فلا يرْفُثْ ولا يَصْخَبْ ، فَإِنْ سابَّهُ أَحدٌ أَوْ قاتَلَهُ ، فَلْيقُلْ : إِنِّي صَائمٌ .متفقٌ عليه.
“ Puasa adalah sebagai perisai atau benteng dari kemaksiatan dan dari neraka. Maka dari itu, apabila pada hari seseorang di antara engkau semua itu berpuasa, janganlah ia bercakap-cakap yang kotor dan jangan pula bertengkar. Apabila ia dimaki-maki oleh seseorang atau dilawan bermusuhan, maka hendaklah ia berkata, sesungguhnya saya adalah berpuasa”. (Mutafaqun alaih)
Karena itu ibadah puasa yang sudah dilakukan secara berulang-ulang tersebut sudahkah menjadi bulan untuk meningkatkan amal ibadah, yang artinya bahwa dari tahun-ketahun, dari proses pengulangan ibadah tersebut memang nyata telah menjadi media untuk meningkatkan amal ibadah. Sehingga ibadah puasa Ramadhan dengan segala amal ibadah pendampingnya, baik yang bersifat wajib maupun sunnah selalu mengalami peningkatan.
Puasa Ramadhan juga sebagai media bermuhasabah, bahwa geliat ibadahanya mengalami peningkatan, setara atau malah menurun. Semua ini tergantung pada diri masing-masing dalam upaya untuk memperbaharui kualitas dan kesadaran diri. Akan lebih baik bila setiap diri mempunyai obsesi untuk menjadi muslim yang terbaik dalam pengamalan ajaran Islam.
Puasa Ramadhan pada tahun 1442 H/ 2021 M ini masih dalam kewaspadaan pandemi Covid-19. Karena itu di dalam melaksanakan amaliyah pada bulan Ramadhan di samping mengikuti atau melaksanakan keutamaan ibadah pada bulan Ramadhan hendaknya juga mematuhi himbauan pemerintah untuk senantiasa menerapkan protokol kesehatan. Pemerintah melalui Menteri Agama Republik Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran nomor 04 tahun 2021 tentang Panduan Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri tahun 1442 H/ 2021 M.
1. Umat Islam, kecuali bagi yang sakit wajib menjalankan puasa Ramadan sesuai hukum syariah dan tata cara ibadah yang ditentukan agama.
2. Buka puasa hendaknya dilakukan di keluarga inti masing-masing
3. Apabila melaksanakan buka puasa bersama maka diadakan pembatasan kehadiran paling banyak 50% dari kapasitas ruangan.
4. Shalat fardhu 5 waktu, shalat tarawih, witir, tadarus Alquran dan itikaf dengan pembatasan jumlah kehadiran paling banyak 50% dari kapasitas masjid atau mushola dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, menjaga jarak aman 1 meter antar jamaah dan setiap jamaah membawa sajadah atau mukena masing-masing.
5. Pengajian ceramah tausiah kultum Ramadhan dan kuliah subuh paling lama dengan durasi 15 menit. 6. Untuk Peringatan Nuzulul Quran di masjid atau mushola dilaksanakan dengan pembatasan jumlah audiens paling banyak 50% dari kapasitas ruangan.
7. Shalat tarowih, witir, tadarus Alquran, i’tikaf, peringatan Nuzulul Qur’an tidak boleh dilaksanakan di daerah yang termasuk zona merah (risiko tinggi) dan zona orange (risiko sedang).
8. Pengurus Masjid dan musholla memastikan tempat ibadah diadakan penyemprotan secara rutin, menyediakan tempat untuk cuci tangan sabun hand sanitizer.
Mudah-mudahan dengan puasa Ramadhan akan mewujudkan pribadi muslim yang bertaqwa, sehat jasmani dan rohani, selamat dan bahagia dunia dan akhirat, amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
4/14/2021
Harapan Raih Keutamaan Bulan Ramadhan Dalam Masa Pandemi Covid-19
Marilah bersama-sama kita mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita sekalian karena pada tahun ini, bulan ini dan pada hari ini kita dapat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Kerinduan umat Islam dengan datangnya bulan suci Ramadhan dan harapan ingin melaksanakan amaliah pada bulan suci Ramadhan. Berbeda dengan pada tahun 2020 atau tahun 1441 Hijriyah, pemerintah memberikan himbauan kepada umat Islam agar puasa Ramadhan yang dilaksanakan tetapi amaliyah puasa Ramadhan agar dilaksanakan di rumahnya masing-masing.
Amaliyah Ramadhan diantaranya adalah melaksanakan salat tarawih dan witir secara berjamaah, tadarus Alquran, kegiatan pesantren kilat untuk anak-anak, kegiatan TPQ, buka puasa, majelis taklim, kuliah subuh semuanya dilaksanakan di keluarga masing-masing. Hal ini dilakukan karena pada tahun tersebut pemerintah atau negara Indonesia sedang dilanda Covid-19, suatu wabah penyakit yang belum pernah dijumpai, sehingga harus dilakukan kewaspadaan, karena Covid-19 adalah suatu makhluk yang tidak kelihatan tetapi mengancam kehidupan manusia.
Virus corona berada dimana-mana dan keberadaannya tidak ada yang mengetahui kecuali dari tanda-tanda, bahwa di tempat tertentu ada orang yang terpapar virus corona dengan gejala-gejala seperti panas yang selalu naik, tenggorokan terasa kering dan untuk menelan sakit, hilangnya rasa, batuk pilek tidak sembuh-sembuh dan lainnya. Untuk kepastiannya dengan cek rapid reaktif dan sweb. Adapun orang yang terkena virus corona kadang ada yang dengan gejala dan ada yang tanpa gejala. Sudah banyak orang yang terpapar bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Karena itu ibadah puasa Ramadhan pada tahun 2021 M/ 1442 H pemerintah menerapkan adaptasi kebiasaan baru, sehingga pelaksanaan amaliah puasa Ramadhan pada tahun ini bisa dilaksanakan, dengan menerapkan protokol kesehatan hal ini dimaksudkan agar Amaliyah ibadah puasa Ramadhan umat Islam dapat meraih keutamaan pada bulan Ramadhan tetapi umat Islam juga bisa terjaga kesehatan dan keselamatannya.
Kerinduan umat Islam untuk melaksanakan puasa Ramadhan, karena ingin meraih derajat sebagai orang yang bertaqwa Allah telah berfirman di dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 183:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al Baqarah: 183)
Puasa Ramadhan itu sebagai wasilah untuk meraih derajat orang yang bertaqwa, namun hendaknya ibadah puasa Ramadhan dengan diikuti dengan amaliah dan ibadah sunnah. Karena puasa Ramadhan adalah ibadah yang diperuntukkan khusus bagi Allah subhanahu wa ta'ala sebagaimana dalam hadits qutsi:
كُلُّ عَمَلِ بْنِ اَدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا اِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفِ, قَال اللهُ تَعَالَى اِلَّا الصَّوْمَ فَاِنَّهُ لِى وَاَنَا أَجْزِى بِهِ (رواه مسلم)
"Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu macam kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah 'azza wajalla berfirman; 'Selain puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan memberinya pahala”. (HR. Muslim)
Pada bulan suci Ramadhan Allah akan memberikan rahmat, maghfirah dan dilepaskan dari neraka, Rasulullah SAW bersabda:
اوله رحمة واو سطه مغفرة واخره عتق من النار
“Puasa Ramadhan yang pertama adalah rahmat yang pertengahan adalah maghfirah dan yang terakhir adalah dihindarkan dari siksa neraka”.
Awal dari bulan Ramadhan itu adalah merupakan rahmat, yang pertengahan adalah maghfirah dan yang terakhir adalah akan dijauhkan dari api neraka. Karena itu ada tiga tahapan yang hendaknya bisa bisa ditempuh oleh umat Islam untuk meraih rahmat dan ampunan. Pertama pada sepuluh hari yang pertama Allah memberikan rahmatnya bagi orang-orang yang beriman, kemudian sepuluh hari yang kedua Allah mencurahkan maghfirah-Nya dan yang ketiga itu Allah memberikan jaminan kepada orang yang beriman dijauhkan dari api neraka.
Mengapa sepuluh hari yang pertama disebut sebagai rahmat? Kalau melihat usaha dari para ahlussufah ada tiga hal yaitu takhalli, tahalli dan tajalli. Takhalli merupakan upaya untuk melepaskan segala perilaku yang tidak baik, maka sepuluh hari yang pertama kita sedang melepaskan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik, suka marah-marah, berbuat onar, memfitnah, adu-domba, mengunjing, menggibah, sifat riya’, iri, dengki dan lain sebagainya. Sepuluh hari yang pertama adalah merupakan perjuangan upaya untuk meraih rahmat dan ampunan. Kemudian dilanjutkan dengan sepuluh hari yang kedua bahwa setelah melepaskan perilaku-perilaku yang tidak baik kemudian digantinya dengan perilaku yang baik, perilaku yang diridhai oleh Allah. Perilaku dengan meneladani Rasulullah Muhammad SAW. Perilaku menghibah diganti dengan perbuatan menghiasi diri dengan membaca Alquran yang setiap huruf akan dilipatgandakan pahalanya. Karena itu dengan semakin banyaknya perbuatan baik yang dilakukan, kelak akan menjadi kebiasaan baik yang akan menghiasi seluruh amal perbuatannya.
Dari ayat Alquran dan hadis nabi Muhammad shallallahu a’alaihi wa sallam ada beberapa harapan yang diinginkan:
1. Bisa meraih derajat sebagai orang yang bertaqwa.
2. Bisa meraih rahmat dan ampunan Allah SWT
3. Dosa dan kesalahannya akan dihapuskan, sebagaimana sabda rasul:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (HR. Buchari Muslim)
4. Pada bulan suci Ramadhan dapat meraih Fadhilah/ keutamaannya dan terjaga kesehatan dan keselamatannya.
Kita berharap agar himbauan yang telah diberikan pemerintah tentang penanggulangan virus corona bisa kita laksanakan. Bisa meraih keutamaan bulan suci Ramadhan tetapi juga bisa mematuhi aturan pemerintah yaitu dengan menerapkan protokol kesehatan. Hal-hal yang pada awalnya tidak mungkin dilakukan, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak ketika salat ini adalah hal yang sulit untuk bisa diterima, tapi ini adalah merupakan adaptasi kebiasaan baru dalam rangka memutus mata rantai penyebaran virus corona, kemudian menjauhi kerumunan dan juga menghindari mobilitas adalah sebagai upaya ikhtiar dari kita sekalian umat Islam bersama dengan pemerintah agar virus corona segera sirna.
5. Bulan suci Ramadhan akan tertanam rasa ukhuwah, rasa saling membantu, empati para aghniya kepada para fuqara’ dan masakin.
Karena dengan berpuasa setiap orang pasti akan merasakan lapar haus dan dahaga. Lapar dan dahaga ini adalah merupakan fitrah insaniyah. Kalau manusia tidak makan, maka menjadi lapar, manusia tidak minum maka menjadi dahaga. Sedangkan ketika lapar harus ditahan ketika haus harus ditaha. Karena ketika sedang berpuasa kemudian makan dan minum maka puasanya menjadi batal dan tidak sah. Menahan dari makan dan minum yang mengakibatkan lapar dan dahaga dirasakan oleh semua orang, baik dari kalangan orang-orang yang kaya, atauorang-orang miskin. Padahal lapar dan dahaga adalah kondisi riil yang dirasakan dalam setiap hari. Oleh karena itu dengan puasa diharapkan akan menambah kepedulian para aghniya’ sehingga dari sebagian harta dan penghasilan dikeluarkan baik dalam bentuk zakat, infaq dan shadaqah. Mudah-mudahan puasa Ramadhan pada tahun ini benar-benar bisa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah subhana wa ta’ala, amin.