Dari judul yang saya buat mungkin terasa aneh dan janggal, karena apa? Perjuangan melawan penjajah di zaman merdeka. Padahal penjajahan itu terjadi pada zaman sebelum kemerdekaan. Jadi kalau membaca sejarah, bahwa negara Indonesia adalah negara yang diidolakan oleh negara lain untuk dijajah. Negara Indonesia adalah negara yang kaya raya dengan sumber daya alam yang sangat banyak dan potensi terjadi disintegrasi karena fanatisme kelompok dan golongan yang begitu kuat, sehingga negara Indonesia mudah dipecah belah. Ini adalah siasat dari kaum penjajah, sehingga Indonesia menjadi sasaran empuk untuk dijajah tetapi kenyataan berbeda ketika pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka, yang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta.
Sejak saat itulah Indonesia menjadi negara yang berdaulat, negara yang sudah merdeka, sehingga dengan kemerdekaan itu para penjajah harus pergi dari negara Indonesia. Portugis Spanyol, Belanda, Perancis, Inggris dan Jepang, perjuangan untuk mengusir kaum penjajah, baik itu Jepang atau Belanda adalah perjuangan yang sangat berat. Pada masa penjajahan Belanda rakyat Indonesia benar-benar dikebiri, rakyatnya dimiskinkan, dibodohkan, dipecah-belah, dihancurkan. Bahkan dalam penghancuran negara Indonesia, rakyat Indonesia diadu domba, sehingga sesama warga negara Indonesia saling bermusuhan. Kemudian pada masa penjajahan Jepang juga sama kejamnya, tetapi kalau pada masa penjajahan Jepang, rakyat Indonesia diberi pendidikan dan belajar militer, teknik-teknik untuk memegang senjata dan sebagainya. Namun yang namanya penjajah tetap merugikan negara yang dijajah, karena itu, sekarang kita hidup di negara merdeka. Kalau dahulu para pahlawan, syuhada berjuang melawan penjajah dengan wujud yang nyata, dengan senjata yang nampak, tetapi sekarang kita menghadapi penjajah dari makhluk yang tidak nampak dan persenjataannya pun juga tidak nampak, mereka itu adalah Covid-19.
Pandemi Covid-19 merupakan penjajah yang akan menguasai manusia dan terbukti Covid-19 sudah mengglobal ke tingkat dunia, tidak ada negara yang bebas dari pandemi Covid-19. Di negara Indonesia sejak bulan Februari 2020 mulai terjadi gejala-gejala penyebaran Covid- 19, Kemudian pada bulan Maret baru lah Covid-19 benar-benar menggejala dan menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Pata tahun pertama rakyat Indonesia mengadakan proteksi sendiri terhadap penyebaran Covid-19, terbukti pada waktu itu, setiap jalan masuk kampung diberi portal, jika akhirnya memasuki, maka harus disemprot dengan disinfectan. Hal yang demikian ini dilakukan secara sukarela dan secara swadaya, namun hal yang demikian ini tidak terlaksana dengan secara terus-menerus, karena ternyata kegiatan yang seperti itu juga memerlukan anggaran, tenaga yang tidak sedikit. Karena itu pada tahun 2021 terbukti bahwa Covid-19 semakin merebak di tanah air, sehingga kemudian pemerintah menetapkan adanya PPKM yang terus diperpanjang hingga 16 Agusus 2021.
Covid-19 sesungguhnya merupakan penjajah, karena itu senjata yang digunakan di dalam menyebarkan virus nya adalah dengan melalui droplet yaitu cairan yang keluar dari mulut ketika batuk, bersin, berbicara, menangis, menyanyi, kontak fisik kepada orang yang sudah terkontaminasi, permukaan yang terkontaminasi, ruangan dengan ventilasi yang buruk, tempat yang ramai. Covid-19 menjadi musuh yang nyata bagi manusia, tetapi keberadaannya sulit untuk dideteksi, karena itu berdasarkan penelitian secara ilmiah ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh manusia untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang pertama adalah memakai masker, kedua mencuci tangan, ketiga menjaga jarak, keempat menjauhi kerumunan dan kelima adalah mengurangi mobilitas dan ditambah 1 lagi itu adalah doa, yaitu kita memohon kepada Allah agar dibebaskan dari pandemic Covid-19. Karena Covid-19 adalah makhluk ciptaan Allah yang membahayakan bagi kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk yang lemah maka dia meminta kepada Allah agar diberikan benteng agar tidak terkena virus corona.
Memang berbeda dengan perjuangan melawan penjajah dengan wujud yang nyata, yaitu pada zaman pra kemerdekaan rakyat Indonesia secara nyata menghadapi musuh. Tetapi walaupun di sana, ada musuh yang nyata, tapi ternyata juga ada musuh yang tidak nyata, karena perilaku-perilaku orang munafik. Di depan membela tapi di belakang ternyata menghianati. Perilaku ini sungguh menjadi perilaku atau menjadi sifat daripada Covid- 19. Kita tidak mengetahui keberadaannya, namun yakin bahwa Covid-19 ada dimana-mana, jika menghinggapi manusia bisa menular dengan cepat. Karena itu perjuangan yang terus-menerus untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, kita hendaknya saling bahu-membahu saling mengingatkan untuk bisa menerapkan protokol kesehatan. Pengorbanan dalam menghadapi penjajahan Covid-19.
Mengusir penjajah bukan tanpa syarat dan usaha tetapi juga diikuti dengan pengorbanan, yaitu dengan menunda atau menghentikan aktifitas rutin yang sudah dilaksanakan bahkan secara reflek, bahkan kebiasaan itu merupakan perintah agama. Dan ada juga pengormaban untuk melaksanakan suatu perbuatan yang tidak pernah dilaksanakan agar dibiasakan.
- Memakai masker. Masker adalah merupakan alat pelindung dari bakteri dari virus yang akan masuk ke dalam tubuh manusia, namun disisi lain, bahwa dengan memakai masker, di sana akan terjadi perputaran karbondioksida dan dan kekurangan oksigen karena apa nafas yang kita yang keluar itu adalah merupakan CO2, yang seharusnya kita buang dan kita menghirup udara segar yaitu oksigen tapi ternyata ketika kita mengeluarkan karbon dioksida dan karbon dioksida itu dihirup kembali dengan kadar oksigen yang mungkin tidak sesuai kebutuhan. Masker itu juga merupakan suatu pengorbanan karena dari aspek kebebasan itu menjadi berkurang, demikian juga dengan memakai masker semakin sulit untuk membedakan atau untuk mengetahui atau mengenali seseorang karena mukanya tertutup oleh masker dan masih ditambah lagi adalah dengan menggunakan facial. Dengan memakai masker wong bagus ilang baguse, wong ayu ilang ayune karena facenya susah untuk dibedakan.
- Mencuci tangan, mencuci tangan adalah merupakan perintah agama karena di dalam agama disebutkan bahwa kebersihan sebagian dari iman. Karena itu dalam setiap apapun itu hendaknya membiasakan untuk mencuci tangan. Mencuci tangan tidak terlalu banyak pengorbanan yang dikeluarkan, bahkan dengan mencuci tangan itu virus corona memberikan pendidikan kepada kita agar selalu membiasakan untuk mencuci tangan.
- Menjaga jarak adalah merupakan pengorbanan, karena menjaga jarak yang artinya adalah antara satu orang dengan yang lainnya agar jaraknya dijauhkan, termasuk ketika kita berjabat tangan itu juga tidak diperkenankan. Berjabat tangan dapat menghapuskan dosa yang sudah dilakukan. Maka dengan berjabat tangan menjadi simbol persahabatan, persaudaraan, saling memaafkan. Dengan adanya pandemi Covid-19, ketika bertemu bertemu dengan saudara, teman, bahkan dengan guru tidak melakukan jabat tangan. Ini adalah merupakan pengorbanan yang sangat besar, demikian juga menjaga jarak di dalam melaksanakan ibadah shalat. Di dalam perintah agama disebutkan bahwa ketika melaksanakan shalat maka barisannya diluruskan dan di rapatkan.
- Menghindari kerumunan, seperti rapat- rapat, majelis taklim, jenjang pendidikan formal, jamaah shalat ini juga tidak dilakukan. Ini pengorbanan yang luar biasa, majelis taklim yang sudah menjadi kebiasaan tidak dilakukan bahkan salat jamaah pun itu yang juga sempat untuk tidak dilakukan di tempat ibadah, ini adalah pengorbanan yang luar biasa. Bagi umat Islam shalat berjamaah itu pahalanya besar, 27 derajat dibanding dengan shalat sendiri. Proses pendidikan formal tidak diselenggarakan secara tatap muka dan dilakukan secara daring atau luring karena ini menjadi kendala bagi kita sekalian . Bahkan sudah 2 tahun Indonesia tidak mengirimkan jamaah haji, karena pemerintah Arab Saudi hanya memberikan kesempatan kepada penduduk yang sudah bermukim di tanah suci.
- Mengurangi mobilitas, banyak aspek yang harus dikorbankan oleh umat manusia, jasa transportasi dan pariwisata nyaris lumpuh, sehingga hal yang demikian ini menambah beban bagi umat manusia untuk menanggung kebutuhan hidupnya. Karena itu Covid-19 adalah merupakan masalah bangsa maka seluruh warga negeri agar berpartisipasi untuk mengatasi secara bersama-sama.