Doa merupakan senjatanya orang Islam, dengan doa maka sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi mungkin dan sesuatu yang mungkin bisa jadi tidak mungkin karena segala sesuatu berada dalam kekuasaan Allah. Manusia hanya berusaha, ikhtiar dan tawakal, segala keputusan di tangan Allah.
Shalat Jama'ah dalam kondisi pandemi Covid-19 |
Karena itu dalam menghadapi kondisi kehidupan yang penuh dengan romantika ini maka seyogianya kita sekalian selalu berdoa kepada Allah.
اَللَّهُمَّ لَا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ وَلَا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ وَعَافِنَا قَبْلَ ذَالِكَ
“Ya Allah, janganlah Engkau bunuh kami dengan kemarahan-Mu, dan janganlah Engkau binasakan kami dengan azab- Mu dan ampunilah kami sebelum itu”. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Dalam doa ada tiga permohonan:
- Meminta agar dijauhkan dari murka Allah, khususnya ketika hendak meninggal dunia, agar meninggal dalam kondisi husnul khatimah. Bukan karena kemarahan Allah sehingga meninggal adalam kondisi su'ul khtimah.
- Meminta kepada Allah agar kelak ketika menghadapi kematian dalam situasi yang aman, damai dan sejahtera, bukan dalam kondisi caruk-maruk, tidak menentu karena Allah sedang menimpakan balak, musibah bencana bahkan azab.
- Meminta kepada Allah agar diampuni segala dosa dan kesalahan, karena kelak sebelum dipanggil oleh Allah. Maka perbanyaklah mengucapkan istighfar, memohon ampun kepada Allah kemudian diikuti dengan melaksanakan perbuatan amal saleh yang diridhai-Nya.
Karena itu dalam setiap doa hendaknya diikuti amal shalih. Husnul khatimah adalah akhir dari kehidupan yang baik. Agar mendapatkan akhir yang baik maka dalam beribadah bukan melihat masa yang telah lalu atau mengenang nenek moyangnya. Dulu saya rajin puasa sunnah, dulu saya rajin shalat, sedekah, membaca Alquran, mengikuti pengajian. Orang tua saya ibadahnya top, pokoknya bisa jadi panutan, nenek saya, kakek saya, guru-guru saya top-top semua ibadahnya. Namun Allah melihat masa sekarang dalam hal ibadahnya dan dirinya sendiri.
Ahli ibadah yang imannya sedang menurun bahkan terjerumus dalam perbuatan kemaksiatan lalu meninggal maka dia akan menjadi su’ul khatimah. Sebaliknya kepada orang yang ibadahnya biasa-biasa saja, bahkan lebih sering melakukan perbuatan maksiat, namun pada saat sedang melaksanakan ibadah karena Allah lalu meninggal maka meninggalnya dalam kondisi husnul khatimah.
Husnul khatimah adalah suatu harapan dan kematian adalah suatu kepastian. Manusia tidak bisa menentukan, karena maut akan datang kapan saja. Karena itu sebagai orang yang beriman selalu berupaya beribadah dengan istiqomah. Shalat lima waktu selalu ditegakkan, infaq, shadaqah, shilaturahmi, tolong-menolong selalu dilaksanakan, selalu berlomba-lomba dalam melaksanakan kebajikan, menjauhi kemungkaran.
Membanggakan dan mengagungkan ibadah pada masa lalu akan menjadi orang yang sombong, kecuali berupaya untuk meningkatkan atau mempertahankan ibadah pada masa lalu untuk dilaksanakan pada masa sekarang dan masa yang akan datang maka akan menjadi perilaku terpuji. Boleh membanggakan masa lalu dalam beribadah namun Allah akan melihat masa sekarang. Demikian pula setiap orang mempunyai nenek moyang, setiap kebaikan yang kita ungkit dan kita ceritakan akan menjadi shadaqah jariyah, akan menambah amal ibadahnya. Apalagi bila kebaikan dan akhlaq mulianya diteladhani dan dilaksanakan maka akan bertambah kebaikan yang akan diterimanya.
Kondisi zaman yang tidak menentu, pandemi Covid-19 belum mereda selalu mengancam kehidupan manusia. Musibah banjir, tanah longsong, gunung meletus terjadi kapan saja yang selalu meninggalkan kesusahan dan penderitaan. Hilangnya harta benda dan nyawa semua berada di luar jangkauan dan kemampuan manusia. Karena itu hendaknya selalu meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian, berusaha untuk kebaikan secara terus menerus, tidak bosan dan tidak patah semangat. Selalu berloba-lomba untuk berbuat baik, saling menolong, saling mengingatkan. Yang mengingatkan selalu melaksanakan dan yang diingatkan jangan marah.