Sekilas melihat judul, tersebut diantara kita akan berpandangan negatif, karena memikirkan diri sendiri berarti egois. Sifat ini tercela. Dalam kehidupan bermasyarakat, persahabatan yang terjalin, persaudaraan yang dibina untuk selalu dikukuhnya. Selalu menjaga komitmen bersama. Namun yang terjadi ketika ada suatu kepentingan, keuntungan dan manfaat semuanya diarahkan untuk dirinya sendiri, sebaliknya bila terjadi kesulitan, kerugian maka akan dialihkan pada orang lain. Dari itu siapakah yang akan mendekat, niscaya temannya satu persatu akan menjauh tinggallah sendiri.
Status manusia disamping sebagai makhluk pribadi, dia adalah makhluk sosial dan makhluk Tuhan. Sebagai makhluk sosial manusia tidak akan bisa hidup secara sendiri, manusia selalu tergantung pada orang lain. Jangan berpandangan ketika sudah mempunyai pangkat, jabatan yang tinggi, harta yang berlimpah dia bisa hidup sendiri. Oke, mungkin ada yang berpandangan dengan pangkat, jabatan bisa menggunakan kewenangannya untuk memenuhi ambisi diri sendiri, dengan harta semuanya bisa dibeli.
Di saat pandemi Covid-19 dimanakah pangkat, jabatan dan harta, ketika seseorang sudah terpapar positif, maka mau tidak mau harus melakukan karantina baik di rumaha sakit atau secara mandiri. Pada saat itu dia tidak akan lagi bebas menggunakan kewenangannya, karena semua orang termasuk tenaga medis akan berhati-hati, diutamakan keselamatan dirinya.
Lebih jauh lagi bagi orang yang terpapar virus corona atau siapun yang menderita sakit disanalah orang akan sibuk memikirkan dirinya sendiri. Tenaga dan pikirannya lebih besar untuk memikirkan dirinya sendiri. Bagaimana akan memikirkan orang lain ketika dirinya sakit. Orang yang sedang sakit sedang berjuang untuk melepaskan diri dari penderiaan, karena yang terbayang dalam pikiran, bagaimana agar menjadi sehat dan pulih kembali. Segala usaha dan ikhtiar dilakukan, bahkan tuntunan doa yang tidak pernah diperlukan, akhirnya menjadi kebutuhan.
Rasa ketergantungan diri pada Allah, Allah yang berkuasa menciptakan penderitaan namun juga berkuasa untuk menghilangkan, walaupun sekali-kali terbanyang akan kondisi terburuk yang akan menimpanya. Dengan doa muncul rasa optimis, karena Allah berkuasa untuk menciptakan kebaikan dan keburukan kepada makhluknya. Dan dengan penuh rasa harap, Allah memberikan kebaikan dan menghilangkan keburukan.
Subhanalloh, semoga sakit yang diderita hanya sebagai peringatan, bahwa manusia kadang lupa dengan nikmat sehat yang telah diberikan Allah. Bagaimanakah sehat itu sangat berharga dan bermakna, tanpa sehat tidak aka nada kenikmatan, tidak ada kebahagiaan. Karena itu biasakan untuk selalu berdoa kepada Allah SWT.
اللَّÙ‡ُÙ…َّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ø£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ الْÙ‡َÙ…ِّ ÙˆَالْØَزَÙ†ِ ÙˆَØ£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ الْعَجْزِ ÙˆَالْÙƒَسَÙ„ِ ÙˆَØ£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ الْجُبْÙ†ِ ÙˆَالْبُØ®ْÙ„ِ ÙˆَØ£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ غَÙ„َبَØ©ِ الدَّÙŠْÙ†ِ ÙˆَÙ‚َÙ‡ْرِ الرِّجَالِ
Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kegundahan dan kesedihan dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat penakut dan bakhil dan aku berlindung kepada-Mu dari terlilit hutang dan pemaksaan dari orang lain. (HR. Abu Dawud: 1317, 1330)
Syukuri apa yang ada, berusaha, ikhtiar dan tawakal hanya kepada Allah.