8/14/2020

Mensyukuri Kemerdekaan Dan Perjuangan Melawan Pandemi Covid-19 Khutbah Jum’at

Allah SWT telah memberikan nikmat kemerdekaan, dan bangsa Indonesia telah mendapatkan warisan kemerdekaan. Dengan nikmat kemerdekaan itu janganlah terlena sehingga melupakan perjuangan dan pengurbanan para syuhadak karena sesungguhnya perjuangan belum berakhir.
Shaf shalat berjamaah dalam kondisi pandemi Covid-19

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بنِعْمَةَ اْلِإيْمَانِ وَاْلإِسْلَامِ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ أَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَافِعُ اْلأُمَّةِ وَخَيْرُ اْلبَرِيَّةِ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَاتِ وَيَجْتَنِبُوْنَ اْلَمنْهِيَّاتِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah bersama-sama kita meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, yaitu dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sekaligus kita mensyukuri nikmat iman dan taqwa, karena sesungguhnya ketika kita sudah menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah artinya kita telah memperoleh hidayah Allah. Karena sesungguhnya hidayah Allah hanya diberikan kepada hamba-Nya yang dikehendaki.

Pada hari Senin tanggal 17 Agustus 2020, kita bangsa Indonesia akan memperingati Detik-detik Proklamasi Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75. Bila kita membuka sejarah nasional bangsa Indonesia, bahwa selama 350 tahun bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda dan Jepang, masa penjajahan adalah masa yang penuh dengan penderitaan, masa yang penuh dengan adu domba, masa yang penuh dengan perpecahan, masa kebodohan dan kemiskinan, masa dimana umat Islam dimarjinalkan, para tokoh ulama diasingkan, disiksa bahkan dibunuh.

Pada masa penjajahan yang menjadi masa yang suram. Pada saat itu umat Islam dan para tokoh bersatu bersama rakyat Indonesia bangkit untuk berjuang melawan penjajah. Semangat nasionalisme dan patriotisme bergelora di dada para pahlawan dan pejuang, hingga sampai pada satu pernyataan yang bergelora, yaitu semangat untuk meraih kemerdekaan dengan semboyan hidup atau mati, sekali merdeka tetap merdeka. Selaras dengan firman Allah dalam Alquran surat Al Hajj ayat 39:

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu”.

Pada masa penjajahan para pejuang berupaya untuk meraih kemerdekaan. Mereka ada yang menempuh jalan diplomasi dan ada yang dengan angkat senjata, berupa tombak, pedang, keris, senapan dan lainnya.
“Barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu, bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Baqarah: 194)

Dengan semangat dan tekat untuk meraih kemerdekaan, maka pada tanggal 17 Agustus 1945 Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan negara Indonesia, di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56 Jakarta.

Kaum muslimin Jemaah Jum’ah Rahimakumullah
Kini kita telah merdeka, namun perjuangan belum berakhir. Sejak bulan Februari 2019 kita kembali diuji dan harus berperang, yaitu melawan pandemic Covid-19, wabah penyakit yang menyerang manusia, bahkan bisa menimbulkan kematian. Hingga saat ini dunia menyatakan perang terhadap  Covid-19, melawan musuh makhluk Allah yang tidak kelihatan dan hanya diketahui tanda-tanda penularannya. Karena itu perang terhadap Covid-19 pada saat ini diwujudkan dengan:
1. Selalu menjaga kebersihan lingkungan dan setiap benda-benda yang kelihatan.
2. Membiasakan cuci tangan dengan sabun.
3. Melakukan penyemprotan tempat-tempat berkumpul dengan dengan disinfectan.
4. Menciptakan kebersihan jasmani dan kebersihan rohani. Banyak penyakit-penyakit rohani yang bisa mendatangkan musibah dan bencana, seperti kibir akan menyebabkan kebencian, riya’ menyebabkan amal ibadahnya hilang, tamak membuat hidup tidak tenang, fitnah menyebabkan kehancuran, adu domba penyebab perpecahan, dan lain sebagainya. Karena itu ketika merasakan sehat jasmani, sehatkah rohani kita? Rasulullah SAW bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

" Ketahuilah bahwa didalam tubuh tedapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuh dan apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh, itulah yang dinamakan hati". (HR. Buchari:50)

5. Membiasakan mengenakan masker, ada pesan singkat yang yang dari gugus tugas “Covid-19 adalah penyakit yang berbahaya tetapi bisa dicegah dengan mengenakan masker karena itu biasakanlah untuk selalu memakai masker.
6. Menjaga jarak tetapi tetap mewujudkan silaturahmi. Jaga jarak bukan hanya ketika duduk, berdiri atau ketika sedang bertemu dengan orang lain, namun ketika menegakkan salat pun shafnya juga direnggangkan. Umat Islam mengikhlaskan untuk kehilangan fadhilah atau keutamaan dengan merapatkan shaf, tetapi lebih menekankan pada keselamatan diri dan orang lain.
7. Menghindari kerumunan yang kurang bermanfaat, karena itu bila terpaksa harus mengadakan pertemuan, maka hendaknya tetap memegang pada protokol kesehatan
8. Selalu menjaga persatuan kesatuan dan ukhuwah. Kita yakin bahwa Covid-19 bisa membawa perpecahan umat Islam, karena itu hendaknya masing-masing menyadari bahwa Allah menurunkan musibah tentu saja akan mendatangkan efek negatif maupun positif bagi umat manusia.
9. Menjaga imunitas tubuh, makan minum dengan gizi yang seimbang.

Pada Hari Ulang Tahun RI ke-75 kita mensyukuri nikmat kemerdekaan dengan meningkatkat ibadah, baik maghdhah dan ghairu maghdhah. Semoga musibah, bencana dan pandemi Covid-19 segera berlalu dan kita akan kembali pada kehidupan yang normat, tanpa ketakutan dan kekhawatiran, amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ