Kita jadi pintar menulis dan membaca karena siapa
Kita jadi tahu beraneka bidang ilmu karena siapa
Kita jadi pintar dibimbing pak guru
Kita bisa pandai dibimbing bu guru
Guru bak pelita
Penerang dalam gulita
Jasamu tiada tara
Sair lagu “Jasamu guru” karya M, Isfahani, menggambarkan betapa hebatnya guru, walaupun dengan kehebatannya itu dia bergelar pahlawan tanpa tanda jasa. Maka siapakah orangnya bila dia seorang guru dia orang yang mulia dan hebat.
Pernah suatu saat ketika ketika ada seorang yang sedang bekerja sebut saja namanya Mas Amir, dia seorang pekerja keras, tiada waktu yang terluang dan tidak ada waktu yang dibiarkan berlalu saja. Bahkan di dalam keluarga dia tergolong sebagai orang yang terampil, cerdas dan cekatan. Waktu bekerja selalu berdisiplin namun tidak pernah melupakan aktifitas sosial, setiap ada kegiatan di kampung di selalu hadir dan berpartisipasi, bahkan dalam bidang keagamaan dia tergolong sebagai pribadi yang supel dan penggerak kegiatan keagamaan. Dan ketika sedang liburan dan berada di rumah tidak pernah berhenti kecuali untuk makan dan shalat saja. Dia suka berkebun, suka berternak dan terampil membuat beraneka macam kerajinan rumah.
Ketika mas Amir sedang bekerja, dia harus menghentikan pekerjaannya, karena mendengar suara yang diucapkan dengan berulang-ulang, hebat memang hebat, hebat memang hebat, memang hebat. Ternyata suara itu berasal dari temannya yang bernama Sani. Maka secara spontan terjadi percakapan:
Amir : hai Sani apa yang hebat.
Sani : itu lo mas, para guru itu memang hebat.
Amir : apanya yang hebat
Sani : itu lho mas kepedulian terhadap temannya, jiwa empati, kekeluargaan dan persatuannya sungguh luar biasa, hebat, hebat. Memang patut ditiru dan saya salut, bukan satu jempol tapi dua jempol. Memang hebat.
Amir : O, itu? Apa tidak berlebihan pujianmu itu? Apa yang kamu saksikan sehingga kamu nampak kagum sekali.
Sani : itu lho mas, suami kakak saya kan baru saja sakit, bukan hanya teman-teman satu sekolah dengan kakak saya yang datang menjenguk dan mendoakan, turut berempati. Tetapi teman-teman dari sekolah yang lain juga lain juga turut berempati, sungguh luar biasa.
Ketika terjadi percakapan itu kemudian muncul istri mas Amir yang juga ikut berbicara.
Anis : benar itu mas, waktu saya menengok mbak Tanti (kakaknya dik Sani), teman-teman guru dari kakaknya mbak Tanti dan teman guru dari Pamannya mbak Tanti juga turut berempati.
Amir : masak ya, sampai begitu tha dik.
Anis : benar itu mas.
Sani : itulah mas mengapa saya katakana guru itu memang hebat.
Percakapan tiga orang manusia ini menunjukkan betapa mulianya guru, yang patut untuk digugu dan ditiru. Kekerabatan, kebersamaan yang senantiasa dipupuk tidak sebatas pada temannya yang kadang hanya terkesan formalitas saja, tapi kehadiran mereka sungguh menambah semangat dan menjadi obat bagi rekan guru atau keluarganya yang sedang mendapat ujian berupa sakit.