Dari manakah orang mengenal Islam, kebanyakan dari cerita orang lain. Termasuk perintah dan larangannya diterima secara turun temurun, hal ini bagi manusia yang dilahirkan dilingkungan masyarakat yang religious. Tetapi lain halnya dari masyarakat yang belum mendapat penerangan tentang agama maka hanya memperoleh ajaran budi pekerti dari nenek moyangnya termasuk kepada siapa menyembah dan bagaimanakah tata caranya.
Karena itu sangat beruntung, bila dilahirkan dilingkungan masyarakat religious, karena hakekat manusia sebagai makhluk pribadi, masyarakat dan sebagai makhluk Tuhan secara langsung telah diterima dari para ulama’, kyai , ustadz, guru ngaji yang bersumber dari Alquran dan Hadits nabi Muhammad SAW. Dalam kondisi masyarakat yang demikian Islam sebagai sumber ilmu pengetahuan telah dikaji bukti-buktinya didalam Alquran. Sehingga manusia yang hidup pada lingkungan yang demikian ini, pengetahuan tentang Islam selalu ditingkatkan. Misalnya ketika membaca Alquran:
“Dan kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. Al Isra’: 82)
Salah satu keutamaan Alquran bahwa membacanya saja terhitung sebagai suatu ibadah, bahkan Allah melipatgandakan pahalanya dimana dalam setiap hurufnya ketika dibaca maka yang membaca akan memperoleh pahala yang berlipat. Disamping itu efek nyata membaca Alquran dapat membuat hati menjadi tenang, emosi terkontrol. Ketika hatinya tenang maka kehidupan manusia akan dinamis dan stail. Karena itu Alquran bisa menjadi . Alquran juga bisa mendatangkan rahmat.
Kehidupan manusia yang tidak memperhatikan urusan agama, maka masyarakatnya dapat menerima penerangan agama hanya persifat secara parsial. Generasi yang hidup pada masa ini, sehingga sampai tua mereka tidak bisa membaca ayat-ayat Alquran. Dengan kondisi yang demikian maka maka syifa’ dan rahmat dengan sepenuhnya belum di haluskan. Beruntunglah mereka mempunyai teman yang ingin bisa membaca Alquran. Maka jadilah pembinaan baca Alquran, untuk jumlah usia seharusnya mereka menjadi pengajar bukan belajar atau diajar.
Karena usia mereka termasuk kategori tua, maka majlisi taklim ini berganti nama menjadi Majlis Taklim “Tanbihul Ghafilin”. Beruntunglah hati mereka terbuka sehingga bisa menerima saran dari para pendahulunya. Bahwa belajar tidak mengenal batas usia. Karena itu ada beberapa kiat sukses belajar Alquran:
1. Belajar secara rutin/ istiqomah.
2. Diselenggarakan setiap hari
3. Dilaksanakan step by step, jangan terburu-buru untuk pindah halam di belakannya sebelum dinyatakan benar dan lancar.
4. Jangan malu, lebih baik malu didunia dari pada di alhirat kelak.
Problem mengajarkan iqra’ kepada kelompok tua:
1. Cepat paham tapi cepat lupa, hal ini adalah fitrah alamiyah. Tapi jangan lupa semakin sering dibaca maka bacaan akan benar. Tapi yakinlah nahwa dirinya akan dapat membaca Alquran dengan lancar dan benar.
2. Lidahnya masih kaku, sehingga bagi pengajar dan yang diajar harus sama-sama bersabar.
Mungkin orang tidak percaya, bahwa dia tidak bisa membaca Alquran. Tetapi realitasnya memang demikian, setelah bergabung dalam majlis taklim ketika harus membaca satu persatu reaksi pertama akan tegang, takut dan malu.ketika membaca huruf hijaiyah benar adanya bila mereka memang belum bisa membaca Alquran. Setiap membaca huruf yang seakan sama mereka masih kebingungan untuk membedakannya. Seperti membaca ja ha kho, ra za, da dza, shad lo, tha dha, ‘a gha, sa tsa sya dan lain-lainnya Jemaah harus selalu melatih diri sendiri.
Selamat belajar membaca Alquran, semoga senantiasa diberikan kemudahan oleh Allah SWT.