Kalau anda belum tahu tentang Wonosobo, saya akan memberi informasi tentang kota Wonosobo sebagai kota kecil yang bersuhu dingin. Dinginnya wilayah tidak menjamin hati dan fikirannya dingin. Hal ini terbukti bahwa dahulu Kabupaten Wonosobo dikenal sebagai daerah yang bersumbu pendek. Maka setiap pergantian pimpinan Dandim dan Polres, mereka akan berfikir dua kali bagaimana dapat beradaptasi dengan daerah yang dingin tetapi bersumbu pendek.
Mungkin ada yang bertanya, apakah yang dimaksudkan dengan sumbu pendek? Jawabannya langsung saja melihat dan mencari alat peraga. Dengan lampu yang berbahan minyak tanah, bila sumbunya pendek maka akan mudah panas dan mudah terjadi kebakaran. Hal ini dapat dikembalikan pada karakter manusianya, bila terjadi suatu permasalahan sedikit saja akan menjadi besar, orang jawa bilang “kriwikan dadi drojogan”. Hal yang paling rentan bila berkaitan dengan agama dan keyakinan.
Pemerintah bersama para tokoh agama dan masyarakat berfikir bagaimana image yang demikian ini bisa dihilangkan. Karena bagaimana Wonosobo akan maju, berkembang dan masyarakatnya dapat merasakan kedamaian, kemakmuran dan kesejahteraan, bila cap yang demikian senantiasa dipertahankan. Mana mungkin para investor mau menamkan modalnya bila daerah tersebut sangat rentan dengan keamanan.
Wakil Bupati Wonosobo Dra. Hj. Maya Rosyida,MM
melepas peserta jalan sehat kerukunan umat beragama.
Koordinasi seluruh unsur terkait membuahkan hasil, pelan tapi pasti Wonosobo menjadi kota yang sejuk udaranya dan sejuk pula untuk berinvestasi. Kerukuan umat beragama menjadi modal utama untuk mewujudkan keamanan ditengah-tengah masyarakat. Istilah sumbu pendek sekarang sudah berbalik, yang dahulu biarlah berlalu yang sekarang kita menatap hari esok yang lebih baik. Salah satu bukti pada bulan Desember 2014 Wonosobo memperoleh penghargaan dari pemerintah berkaitan menjadi kabupaten/ kota yang peduli terhadap hak azasi manusia.
Kesadaran dari setiap pemeluk agama untuk melaksanakan ajaran agamanya masing-masing,dikembangkan sikap toleransi antar umat beragama. Karena itu Kementerian Agama sebagai motor dalam mewujudkan kerukunan umat beragama. Diantaranya melakukan kegiatan “jalan Sehat Kerukunan Umat Beragama”, bertepatan dengan kegiatan peringatan Hari Amal Bakti ke-69 Kementerian Agama RI.
Sangat fantastis bila acara jalan sehat diikuti 3000 orang bahkan bisa lebih, yang terdiri dari seluruh pegawai dan guru di jajaran Kementerian Agama, termasuk guru wiyata bakti. Demikian pula melibatkan unsur Muspida dan para kepala Dinas/ Instansi terkait, tokoh-tokoh agama. Baik muslim maupun non Islam, seperti MUI, Muhammadiyah, NU, ICMI, IPHI, DMI, Rifaiyah, SI, FKUB, Walubi, FKGW, DPP St. Paulus, Parisada Hindhu, Pimpinan Umat Konghucu.
Kesalahpahaman bisa dihilangkan dengan shilaturahmi, dialog intern dan antar umat beragama. Adakah agama yang mengajarkan kekerasan, permusuhan dan pertumpahan darah, niscaya tidak ada. Islam cinta perdamaian dan ingin damai, karena damai itu indah dan keindahan akan menciptakan kenyamanan didalam kehidupan.
Peserta jalan sehat menrima kartu doorprize