Namun banyak juga orang yang tidak pernah mengiraukan aturan, yang penting dirinya beruntung, bahagia, puas. Orang yang demikian ini sekalipun beragama, namun hanya sekedar sebagai label, tameng dan untuk meraih tujuan pendek didunia saja. Didalam agama apaun orang yang seperti ini tidak diharapkan. Karena sekalipun beragama namun masih gemar malnggar aturan agama dengan melakukan perbuatan-perbutan yang diatur didalam agama maupun negara. Oleh karena itu kehadiran mereka sering membuat bencana, bahkan kadang tidak diharapkan oleh orang lain. Khutbah Jum'at merupakan media untuk mencerahkan umat agar lebih baik.
ألْحَمْدُلِلّٰهِ الَّذِى أَلَّفَ بِالْاِسْلَامِ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ, وَالَّذِى اَوْجَبَ بِالْاِتِّحَادِ وَحَرَّمَ التَّفَرُّقَ فِى كِتَابِهِ الْمُبِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ هَدٰى مَنْ شَآءَ اِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ خَيْرُدَاعٍ اِلَى الطَّرِيْقِ الْقَوِيْمِ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Kaum muslimin jema’ah Jum’ah Rahimakumullah
Marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah SWT telah berjanji didalam Alquran kepada yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya akan diberikan kemudahan dalam segala hal, sebagaimana firman-Nya:
Kebalikan dari firman tersebut, barang siapa yang ingkar, kufur dan fasiq terhadap perintah Allah. Perintah Allah ditinggalkan, larangan Allah dilaksanakan maka hamba Allah yang demikian ini akan diberikan kesulitan, bahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi seakan-akan tidak ada solusinya, satu kesulitan belum selesai sudah timbul kesulitan yang lain. Seandainya dengan kekufuran itu tetap dalam kejayaan dan kemuliaan didunia, sesungguhnya Allah sedang menguji hamba-Nya untuk berbuat sesuai dengan kemauannya, sehingga suatu saat akan terjerumus dalam kehidupan yang penuh dengan kehinaan, tidak ada teman yang dapat diajak untuk bercengkrama. Teman, sahabat, saudara yang dahulu sering berkunjung, kini mereka menjauh karena malu atau menjaga perasaan orang yang sedang dihinakan oleh Allah tersebut.
Bila kita menyaksikan fenomena perilaku kehidupan manusia yang tidak memperdulikan mana yang halal dan haram. Banyaknya kasus pencurian mulai dari pencurian atas kotak amal di masjid atau musholla, pencurian ternak, kayu, sepeda motor, sampai pada pencurian terhadap mesin ATM, perampokan toko mas bahkan disertai dengan tindak kekerasan dan pembunuhan. Adalagi kasus judi, minum-minuman keras, Narkoba dan sejenisnya bahkan minum miras oplosan. Walaupun sempat merenggut jiwa, namun tindakan ini selalu ada, dengan tempat yang berpindah-pindah. Ada lagi perbuatan jual beli anak dan orang, dan tentunya masih banyak lagi perbuatan-perbuatan kriminal yang merugikan kehidupan manusia.
Melihat fenomena yang demikian ini, mengapa orang tega merampas hak orang lain, hingga menghilangkan nyawa orang. Apakah yang mereka cari? Rata-rata motifnya adalah uang dan balas dendam. Sekarang yang menjadi pertanyaaan apakah dengan uang dapat menyelesaikan permasalahan, apakah dengan balas dendam akan menyelesaikan masalah. Dua hal ini nyaris akan mendatangkan permasalahan berkelanjutan. Seandainya di dunia ini mereka dapat selamat, namun sesungguhnya mereka itu tidak akan meraih kebahagiaan dan ketenangan dalam hidupnya. Setiap orang dilahirkan telah mempunyai jiwa Tauhid, sehingga sekejam-kejamnya orang, seburuk-buruknya akhlaq dan perilaku manusia didalam hati kecil masih tersimpan rasa kasih sayang.
Ada suatu kisah, bahawa orang kaya sedang berlibur bersama keluarganya keluar kota, dalam perjalanan mereka melewati persawahan, sambil menikmati pemandangan, laju kendaraan dikurangi kecepatannya, sambil sesekali mengabadikan pemandangan alam dengan mendokumentasikan. Para petani sedang menggarap sawah dibawah terik matahari, pekerjaan ini mereka jalani dengan ikhlas, demi untuk mewujudkan rasa tanggung jawabnya terhadap keluarga dengan bayaran tidak lebih dari Rp 20.000,- per hari.
Ditempat lainnya terlihat kelompok kaum wanita dan kelompok lainnya kaum pria sedang bergerombol, duduk-duduk di pematang sawah, mereka sedang beristirahat sambil makan dan minum. Nampak kelelahan tertebus sudah, terkurasnya energi kembali terisi dengan makanan yang telah disantapnya. Wajah lelah kembali bugar, canda, tawa, tiada beban dalam pikirannya kecuali kembali berkarya untuk menyelesaikan pekerjaannya menurut kemampuannya.
Salah satu dari keluarga kaya dalam kendaraan itu berkata “alangkah bahagianya para petani itu, nampak begitu nikmatnya mereka makan minum di pematang sawah, dibawah pohon pisang, pikirannya nampak lepas, tiada beban”. Itulah gambaran bahwa orang yang kaya dan bergelimpang dengan kemewahan masih mengira bahwa para petani itu lebih nikmat dan bahagia. Yang jadi persoalan apakah orang kaya itu sedang tidak bahagia atau dengan kekayan itu dia tidak bahagia.
Itulah bahwa keberkahan yang akan menjamin hidup menjadi bahagia. Banyak tidak berarti cukup dan sedikit tidak berarti kurang, tetapi selalu merasa cukup atas semua anugrah Allah akan membentuk pribadi muslim yang pandai bersyukur. Dengan bersyukur Allah akan menambah kenikmatannya:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)
Karena itu dengan banyaknya perbuatan-perbuatan yang melawan perintah Allah dan malaksanakan larangan-Nya. Ingatlah bahwa seluruh perbuatan manusia tidak akan pernah lepas dari pengawasan Allah. Segala amal baik dan buruk telah dicatat oleh Allah melalui karya Malaikat Raqib dan Atid. Tak ada seorang hambapun yang teraniaya, namun manusia akan menerima balasan sekecil apapun perbuatan yang telah dilakukan didunia ini.
Ingat pula bahwa setelah kehidupan dunia ini seluruh hamba Allah akan memasuki alam Barzah dan alam Akhirat. Di dua alam ini tidak akan ada kebohongan, Allah akan mewujudkan keadilan atas hambanya. Karena seluruh anggota tubuh manusia akan menjadi saksi atas perbuatannya.
Allah telah mengatakan didalam Alquran bahwa kelak di hari Qiamat, semua anggota tubuh manusia akan menjadi saksi atas perbuatannya:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Qs. Al Isra’: 36)
Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. Annur: 24)
Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah di giring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya.
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.
Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan Kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan". (QS. Al Fussilat: 19-21)
Demikianlah bahwa di dunia ini manusia bebas untuk berbuat, namun ingatlah bahwa seluruh amal perbuatan manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Tidak akan dirugikan, dan tidak dapat meminta pertolongan orang lain untuk menanggung dosa yang telah dilakukan. Karena setiap orang akan sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.