Bila kita sadari dan kita hayati, sampai kapankah kita akan diberi kesempatan untuk menghirup udara di alam dunia ini. Semua orang tidak ada yang tahu, bahkan Rasulullahpun juga tidak mengetahui, karena ketika rasul ditanyakan perihal maut, maka rasul hanya menjawab bahwa hal itu merupakan urusan Allah SWT. Manusia hanya diberi kesempatan dan kebebasan untuk memanfaatkan setiap tarikan nafas, untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT. Sehingga kehidupan manusia akan mempunyai kemanfaatan bagi semua orang. Karena sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Oleh karena itu karena hari esok tidak ada yang mengetahui, siapakah yang menjamin bahwa hari esok kita masih hidup, siapa yang menjamin bahwa hari esok masih sehat wal afiat, siapa yang menjamin bahwa pangkat dan jabatan yang disandangnya besok akan tetap melekat pada dirinya, siapa yang menjamin bahwa harta dan kekuasaan hari esok masih dalam kepemilikannya. Tidak ada satupun makhluk yang dapat menjamin, karena sesungguhnya sekuat dan sekuasa apapun manusia, dia adalah makhluk yang mempunyai sifat fana. Suatu saat akan musnah. Sesungguhnya yang dapat menjamin semua ini hanyalah Allah Yang Maha Kuasa. Tiada daya kekuatan kecuali kekuatannya, bila Allah menghendaki sesuatu (baik atau buruk) maka tak ada satupun makhluk yang dapat menghalang-halangi.
Kekuasaan Allah adalah mutlaq. Dan manusia adalah makhluk yang lemah, yang amat bergantung pada kekuasaan Allah. Karena itu sebaik-baik makhluk yang selalu menyadari bahwa manusia diberikan amanat ganda yaitu sebagai khalifatullah dan sebagai abdullah. Dua sisi berbeda namun tidak dapat dipisah-pisahkan. Kesempuraan manusia ketika dapat mengemban dua tugas ganda ini.
Karena dalam setiap hitungan masa manusia hendaknya selalu memperhatikan setiap perbuatan yang telah dilakukan untuk hari esok:
" Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS.Al Hasyr: 18)
Pada bulan ini kita sekalian masuk pada Muharram 1425 H, tentunya banyak hal yang telah kita lakukan pada masa yang lalu, dan masih banyak hal yang harus kita selesaikan pada masa yang akan datang, berkenaan dengan hidup dan kehidupan manusia ada sesuatu yang direncanakan dan dilaksanakan pada waktu yang pendek, sedang dan pada jangka waktu yang panjang.
Berkenaan dengan persiapan menghadapi masa depan, adalah masa yang belum terjadi dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Baik itu berkaitan dengan hidup dan mati, sehat dan sakit, lapang dan sempit, kaya dan miskin, tua dan muda. Demikian pula tentang pangkat, jabatan dan predikat sebagai orang yang beriman. Oleh karena itu Allah tidak membolehkan kita meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, tetapi Allah membolehkan untuk merencanakan kehidupan pada masa yang akan datang.
Bagi anak-anak dan remaja bagaimana mempersiapkan masa yang akan datang dengan bekal iman dan ilmu. Keduanya bersifat labil, yang mana dari waktu kewaktu perlu adanya pemenuhan kualitas iman dan ilmu, masa depan yang tidak mempunyai ilmu maka akan menuai kesulitan hidup. Maka Rasulullah SAW mewajibkan kepada umatnya untuk mencari ilmu mulai lahir sampai akhir hayat bahkan sampai ke negeri Cina.
Tetapi sebaliknya sepintar apapun orangnya dan berapa banyak ilmu yang dimiliki bila tidak dilandasi dengan iman maka ilmunya tidak akan memberikan keseimbangan, kedamaian dan manfaat bagi orang lain, bahkan bisa jadi akan merugikan dirinya sendiri.
Bagi orang tua bagaimana bisa menerapkan ilmunya ditengah-tengah masyarakat dengan senantiasa menjunjung tinggi akhlaqul karimah, sehingga ilmu, ketrampilan dan keahlian yang dimiliki dapat dirasakan manfaatnya oleh orang lain. Maka disinilah figur bapak yang kebapakan, ibu yang keibuan dan pemimpin yang dapat memberi suri tauladhan bagi masyarakatnya.
Bagi mereka yang telah udhur, yaitu mereka yang telah mencapai usia tua, bagaimana bisa menciptakan kehidupan yang akan datang, yaitu lebih berkonsentrasi pada kegiatan untuk menempuh kehidupan akherat yang kekal. Kegiatan bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah). Mujahadah (bersungguh-sungguh) dalam beribadah, memperbanyak zikir dan bertaubat kepada Allah. Karena merupakan kemurahan dari Allah dengan usia tua yang berarti bahwa Allah masih memberikan kesempatan untuk menambah amal ibadah dan melakukan tobat. Sehingga bisa mencapai akhir hayat yang khusnul khatimah.
Rencana jangka pendek kita adalah ketika masih hidup di dunia ini, karena di dunia yang fana ini. Dan mensyukuri pribadi masing-masing, bagi yang kaya, kuat, berpangkat dan berjabatan senantiasa diintai dengan kematian. Bila kematian telah datang maka tidak ada yang dapat diperbuatnya lagi, ditinggalkan segala yang dimiliki, kecuali shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh yang mendoakan kepada orang tuanya.
Bila kematian telah datang maka akan beralih pada kehidupan yang panjang, kehidupan yang tanpa batas. Dan sesuatu yang direncanakan serta dilaksanakan pada masa yang singkat, baik itu merupakan amal shaleh atau kejahatan akan menempuh pada kehidupan panjang yang tidak berkesudahan, bila berbuat baik maka akan tenggelam dalam kenikmatan yang abadi, dan kejahatan akan tenggelam dalam kesengsaraan yang abadi pula. Sungguh nyata qodrat serta rahman dan rahim Allah, tidak ada manusia yang teraniaya kecuali berdasar pada apa yang telah dilakukan, Allah SWT berfirman:
“ Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan). Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan). Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya”. (Al Zalzalah: 7-8)
Ada sebuah kisah hikmah dari Atha’ bin Abi Rabah seorang budak kecil berdarah Habasyah (Etiopia) ia dimiliki seorang wanita kaya di Mekah. Walaupun ia seorang budak tetapi ia mempunyai rasa perjuangan, giat berusaha dan ia tahu apa yang harus dilakukan pada masa yang akan datang, sehingga ia membagi aktifitasnya dalam tiga hal:
1. Ia mempergunakan waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dimanatkan kepadanya.
2. Untuk beribadah kepada Allah.
3. Untuk menuntut ilmu.
Terdorong oleh semangat juang dari budaknya maka majikan tersebut mau memerdekakannya. Sehingga nyata sekali bahwa segala hal yang terjadi pada diri manusia tergantung kemauan untuk merubahnya, sebagaimana firman Allah:
" Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri" (QS. Arra’du: 11)
Mudah-mudahan kita sekalian dapat memulai merencanakan setiap kegiatan pada masa yang akan datang, hindari setiap kegiatan tanpa perencanaan, hindari setiap perbuatan yang asal berjalan, karena akan muncul suatu aktifitas yang seakan-akan menjadi orang yang super sibuk tetapi bila dievaluasi antara yang nampak dengan kenyataan dari hasil yang diperoleh (input dan out put) tidak seimbang.
KH. Hasan Basri mantan Ketua MUI mengatakan, ada empat hal sebagai bekal persiapan menghadapi hari esok:
1. Attuqa (taqwa kepada Allah) adalah bekal utama manusia sebagai tuntutan dasar hidup umat Islam. Tanpa taqwa kehidupan manusia akan mudah terombang-ambingkan oleh keadaan. Manusia tidak mempunyai pedoman hidup karena sandaran vertikal tempat manusia bergantung tidak menjadi keyakinannya. Karena itu kebalikannya orang yang bertaqwa, mereka adalah manusia yang tangguh, karena yakin mempunyai keyakinan yang kuat sebagai sandaran vertikal Allah SWT. Dia tempat bergantung, meminta dan memohon perlindungan. Maka mantaplah pribadi yang bertaqwa.
2. Ilmu, setiap muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu. Dengan ilmu hidup manusia akan menjadi mudah. Namun ilmu hendaknya selalu seimbang antara ilmu yang berorientasi pada kehidupan dunia dan ilmu yang berorientasi pada kehidupan akherat.
3. Adabin yaitu adab, akhlaq, sikap hidup dan sopan santun harus berkembang baik ditengah-tengah masyarakat. Muhammad diutus oleh Allah mempunyai misi untuk menyempurnakan akhlaq sekalian alam. Jadi akhlaq mempunyai peran sentral pada sejarah, perjuangan, perkembangan dan kemajuan Islam.
4. Zuhdun yaitu tidak tertipu oleh dunia ini. Manusia adalah penguasa alam, namun janganlah kehidupan dunia melalaikan untuk selalu ingat kepada Allah. Manusia boleh memiliki dan menguasai harta, namun janganlah harta, pangkat dan jabatan menjadikan pribadi yang diperbudak oleh harta, pangkat dan jabatan sehingga melupakan zat yang Maha Pemberi.
Karena itu Rasulullah SAW memberikan barometer kepada umatnya:
• Barang siapa yang keadaannya hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dialah orang yang beruntung.
• Barang siapa yang keadaannya hari ini sama dengan hari kemarin, dialah orang yang merugi (tertipu).
• Barang siapa yang keadaannya hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, dialah orang yang dilaknat (terkutuk). (HR. Hakim)
Pujangga jawa mengatakan "sepi ing pamrih rame ing gawe", sedikit bicara banyak karya mudah-mudahan dapat menjadi motifasi bagi kita sekalian untuk menatap pada masa yang akan datang.