Gangguan stres biasanya terjadi sangat lambat, kadang tidak di sadari. Oleh karena itu kewaspadaan terhadap stres ini juga perlu sinergitas dengan orang lain. Karena sesungguhnya bila seseorang menderita penyakit batin, maka yang lebih tahu adalah orang lain, namun bila penyakit lahir diri yang bersangkutan adalah yang lebih tahu. Stres ini merupakan indikator penyaikit batin atau jiwa, walaupun sudah sampai pada tahapan tertentu akan muncul penyakit lahir, misalnya sakit perut, maag, kepala. Berikut pendapat Dr. Robert J. Van Amberg, Psikiater sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari. Psikiater dalam buku Alquran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, bahwa stres mempunyai tingkatan-tingkatan sebagai berikut:
1. Stres tingkat I.
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut;
a. Semangat besar.
b. Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.
c. Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya.
Tahapan ini bisannya menyenangkan dan orang lalu bertambah semangat, tidak disadari sebenarnya cadangan energinya semakin menipis.
2. Stres tingkat II.
Dalam tahapan ini dampak dari stres yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan tersebut diantaranya:
a. Merasa letih sewaktu bangun pagi.
b. Merasa lelah setelah makan siang.
c. Merasa lelah menjelang sore hari
d. Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang-kadang jantung berdebar-denar.
e. Perasan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher)
f. Persaan tidak bisa santai.
3. Stres tingkat III.
Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin nampak disertaai dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ke belakang).
b. Otot-otot terasa lebih tegang.
c. Perasaan tegang yang semakin meningkat.
d. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar tidur kembali, atau bangun terlalu pagi).
e. Badan terasa oyong, rasa mau pingsan.
Gangguan-gangguan ini akan berkurang bila beban-beban mulai dikurangi.
4. Stres tingkat IV.
Tahapan ini menunjukkan tanda yang lebih buruk, hal ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Untuk bisa bertahan sepanjang hari tersa sangat sulit.
b. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit.
c. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial dan kegaiatan-kegiatan rutin terasa berat.
d. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan sering kali bangun dini hari.
e. Perasan selalu negatif.
f. Kemampuan berkonsentrasi semakin menurun.
g. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa dan apa sebabnya.
5. Stres tingkat V.
Pada tahapan ini mengalami keadaan yang lebih memprihatinkan:
a. Keletihan yang mendalam (physical and psychological exhaustion).
b. Untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana saja tersa kurang mampu.
c. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses encer dan sering ke belakang.
d. Perasaan takut semakin menjadi, mirip panik.
6. Stres tingkat VI.
Penderita pada tahapan ini, menunjukkan gawat darurat atau dikatakan keadaan yang mengerikan:
a. Debaran jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat adrenalin yang dikeluarkan, karena stres tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah.
b. Nafas sesak, megap-megap.
c. Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran.
d. Tangan untuk yang ringan-ringan saja tidak mampu, pingsan atau collaps.
Dari enam tingkatan ini, maka kita perlu waspada, karena stres dalam kondisi tertentu bisa menunjukkan hal-hal yang menyenangkan. Oleh karena didalam menjalani kehidupan ini perlu adanya kewajaran. Namun karena mempunyai tntutan-tuntutan kebutuhan tertentu sehingga menjadikan sesuatau yang wajar menjadi sesuatu yang luar biasa. Oleh karena itu waspadalah dan berhati-hatilah.