Manusia adalah makhluk yang paling sempurna, terdiri dari unsur jasmani dan rohani, kedua unsur ini akan tetap sehat apabila steril dari segala macam penyakit. Akan tetapi bila penyakit itu telah bersarang pada dirinya maka penyakit itu akan menggerogotinya dan pelan-pelan unsur jasmani atau rohani manusia akan menjadi melemah, semakin kuat penyakit yang diderita akan menimbulkan meninggal dunia. Demikian pula manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah terdapat suatu dosa yang dapat menghapuskan semua amal perbuatan baik kita, dosa itu adalah dosa syirik. Sebagaimana firman Allah dalam surat Annisa’ ayat 48:
Didalam Alquran banyak sekali ayat yang menyatakan tentang bahaya dari perbuatan syirik, syari’at Islam yang pertama disampaikan Rasulullah adalah ajaran ke-Tuhanan, mengesakan Allah baik dari segi dzat, sifat maupun af’alnya. Sehingga ketika Rasulullah dapat menundukkan kota Mekah hal pertama yang dilakukan adalah menghancurkan berhala-berhala yang menjadi sembahan masyarakat jahiliyah. Demikian pula para Rasul sebelum nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah adalah juga tentang ajaran tauhid.
Menurut Abul Rahman dalam kitabnya Fathul Majid membagi syirik ada dua macam:
1. Syirk akbar (syirik besar) adalah menjadikan segala sesuatu sebagai sekutu bagi Allah dalam berbagai macam ibadah. Jelasnya syirik ini adalah dalam bidang aqidah, seperti menyembah patung, kuburan dan sebagainya. Sehingga barangsiapa yang mendo’akan mayat, sedang dirinya mengahadapkan wajahnya kepada mayat dan hatinya merasa cinta dan merasa takut, baik ia meminta kepadanya atau tidak meminta, maka perbuatan tersebut termasuk syirik yang tidak mendapat ampunan dari Allah SWT. Karena itu Allah mengharamkan menggunakan perantara dalam berdo’a dan mengingkarinya, sebab menghilangkan keikhlasan (kemurnian) ibadahnya, hatinya berpaling kepada perantara. Perbuatan ini yang sering menjadi dalil bagi masyarakat jahiliyah sebagaimana firman Allah dalam surat Azzumar ayat 3:
2. Syirik asgahr (syirik kecil) adalah syirik yang berhubungan dengan tujuan dalam menjalankan ibadah, misalnya ibadah shalat puasa, zakat, haji dan ibadah-ibadah lainnya yang seharusnya bertujuan hanya untuk mencari keridhaan Allah, tetapi ketika melakukannya menyimpang dari tujuan tersebut, yaitu bertujuan untuk mencari popularitas dan pujian dari manusia. Rasulullah mengingatkan akan syirik kecil ini dalam sabdanya:
اِنَّ اَخْوَفَ مَا اَخَافُ عَليْكُمُ الشِّرْكُ الْاَصْغَرُ قَالُواْ وَمَا الشِّرْكُ الْاَصْغَرَ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ الرِّيَاءُ
“ Sesungguhnya perbuatan yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah syirik kecil, lalu sebagian sahabat bertanya: Apakah yang dimaksudkan dengan syirik kecil wahai rasul? Rasul menjawab yang dimaksudkan syirik kecil adalah riya’ (pamer) (HR. Ahmad, Attabrani, Bahaihaqi).
Demikianlah bahwa Rasulullah begitu sayangnya kepada umatnya sehingga rasul selalu mengingatkan, untuk tidak melakukan perbuatan syirik yang sangat besar dosaya. Jika Rasulullah sangat khawatir kepada sahabatnya yang kuat imannya dan sempurna pengetahuan agamanya. Maka tentu lebih khawatir lagi kepada umatnya yang kurang ilmu dan lemah imannya.
Bila pada masa awal permulaan Islam, nabi Muhammad telah gigih untuk memberantasnya, namun pada masa sekarang masih banyak orang yang menyembah selain Allah. Bila pada masa jahiliyah mereka menyembah patung Latta, Uzza, Manat, Hubal dan sebagainya. Maka sekarang mereka menyembah lebih dari itu, meraka menyembah patung, batu, kayu, kuburan, laut, gunung dan sebagainya dengan membawa sesaji yang terdiri dari nasi, bunga dan sebagainya, bahkan sekarang dijadikan sebagai tempat wisata. Yang lebih parah lagi meraka menyembah manusia, dengan cara tunduk dan taqlid buta kepada pemimpinnya, menyembah harta seakan-akan harta tersebut menjadikan kehidupan dan kebahagiaan, sehingga berusaha mengeruk harta tanpa menghiraukan jalan yang ditempuh halal atau haram, seperti korupsi, minipu dan sebagainya.
Syirik bila dilihat dari sifatnya ada dua yaitu syirik akbar dan syirik asghar, dan bila dilihat dari bentuknya adalah:
1. Berbentuk jimat dan guna-guna.
Jimat atau guna-guna tidak hanya terdapat pada masyarakat jahiliyah, melainkan terdapat disemua penjuru dunia, terutama dinegara-negara yang masih kurang pengetahuan agamanya, atau di daearah-daerah yang masih kuat kepercayaan animisme. Dalam Islam jimat adalah dilarang karena pemiliknya mempercayai kekuatan lain selain Allah. Rasululah pernah melihat salah seorang sahabat memakai gelang dari kuningan, kemudian beliau bertanya: Apakah ini? Orang itupun menjawab: ini adalah penolak balak. Kemudian Rasulullah bersabda:اِنْزِعْهَا فَاِنَّهَالَاتَزِيْدُكَ اِلَّا وَهْنًا, فَاِنَّكَ لَوْ مُتَّ وَهِىَ عَلَيْكَ ما اَفْلَحْتَ اَبَدًا.
“Lepaskan gelang itu, sebab sesunggunya gelang tersebut tidaklah menambah apa-apa kecuali hanya menambah kelemahan. Maka sungguh jika kamu meninggal, sedang gelang itu masih melekat padamu, kamu tidak akan beruntung selamanya. (HR Ahmad dari Umar bin Husain)
2. Berbentuk sesaji. Sesaji adalah sesuatu yang disajikan kepada selain Allah, kadang berupa makanan, bunga, kemenyan, hewan dan sebagainya. Perbuatan tersebut termasuk syirik maka harus dijauhi. Sebagaimana sabda rasul yang artinya:
“ Dari Thariq bin Syihab, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Masuklah seorang laki-laki ke dalam surga karena lalat dan masuk neraka karena lalat. Para sahabat bertanya: bagaimana hal itu dapat terjadi wahai rasul? Rasul menjawab; Ada dua orang laki-laki yang bepergian melewati sekelompok orang yang memiliki berhala yang tidak boleh seorangpun melawatinya sebelum mengorbankan sesuatu untuknya. Berkatalah orang yang menjaganya kepada salah satu dari dua orang tersebut: Korbankanlah: berkatalah orang itu. Saya tidak mempunyai sesuatupun untuk saya korbankan. Kemudian pasukan penjaga berhala itu berkata: Korbankan walaupun hanya dengan seekor lalat”, lalu orang itu mengorbankan lalat. Kemudian penjaga tersebut meloloskan untuk melanjutkan perjalanannya, maka ia masuk kedalam neraka: Kemudian berkatalah penjaga itu kepada laki-laki yang lain. Korbankanlah, lelaki itu menjawab: Aku tidak pantas mengorbankan sesuatupun kepada seseorang pun selain kepada Allah yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi. Kemudian mereka memenggal lehernya, maka masuklah ia ke dalam surga kelak. (HR. Ahmad dari Thariq bin Syihab).
3. Percaya kepada ramalan kahin (peramal)
Kahin adalah orang yang menerima bisikan dari syetan, jin yang mencuri pendengaran. Biasanya jin menyampaikan berita kepada orang yang dicintainya. Dalam hadits yang ditahrijkan oleh Muslim dari Aisyah, ia berkata, wahai rasul, sesunguhnya para kahin sering menceritakan sesuatu kepada kita, kemudian kita menemukannya benar terjadi. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: Itu memang kata-kata yang benar yang diambil oleh syetan jin, kemudian dilemparkan kepada telinga kekasihnya, dengan menambah seratus kebohongan. Firman Allah dalam surat Annaml ayat 65:" Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan".
Dan Rasulullah menerangkan tentang dosa bagi orang yang mempercayai kahin:
مَنْ اَتَى عَوَّافًا فَسْأَلَهُ عَنْ شَيْئٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ اَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً
“ Barang siapa mendatangi kahin, kemudian menanyakan sesuatu, maka shalatnya tidak akan diterima selama 40 hari (HR Muslim, Safiyah).
4. Kata-kata lau (seandainya)
Kata lau menurut Rasululah adalah melemahkan iman karena itu beliau melarang mengucapkan kata-kata seandainya:" Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah, dan masing-masing ada kebaikannya. Berusahalah dengan sungguh-sungguh mencari apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan malas. Jika kamu tertimpa suatu musibah, janganlah kamu mengucapkan” Seandainya aku lakukan, niscaya akan menjadi begini, malainkan katakanlah, sudah menjadi keputusan Allah, apa saja yang Dia kehendaki Dia lakukan, sebab kata seandainya membuka perbuatan syetan (HR Muslim)".
Begitu besarnya dosa syirik dan begitu beratnya siksaan disisi Allah, tersebut didalam Alquran surat Al Bayyinah ayat 6:
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim nabi Muhammad bersabda:
مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًادَخَلَ النَّارَ
" Barangsiapa mati dalam keadaaan tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah niscaya ia masuk surga, dan barangsiapa meninggal dalam keadaan menyekutukan sesuatu dengan Allah niscara ia masuk ke dalam neraka (HR. Muslim dari Jabir)".
Demikian berat balasan bagi pelaku perbuatan syirik, maka tiada jalan lain kita bertobat mohon ampun, dan kembali mentauhidkan Allah, mengucapkan lafadz La ilaha illallah dengan sepenuh hati, dan merealisasikan kalimah tauhid dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kepada Allah SWT.