Setiap orang tentu dapat melakukan ibadah yang mudah dan ringan, tidak semua orang yang dapat melakukan ibadah yang dilakukan dengan berat. Shalat lima waktu bagi orang yang belum terbiasa tentu akan merasakan berat dan susah, apalagi yang dilakukan dengan cara tepat waktu dan dilakukan dengan berjama’ah. Karena bila tetap melaksanakan dengan istiqomah tentu ini menjadi tanda bagi kesempuraan ibadah, bagi mereka akan tercatat sebagai muslim yang taat.
Alquran memberikan kelebihan bagi mereka yang selalu mengikuti rasul sedang beliau sedang diterpa dengan berbagai macam kesulitan (QS. Al -Taubah ayat 117). Allah juga memberikan kelebihan bagi setiap muslim yang mau meluangkan sebagaian dari waktu malam untuk melaksanakan shalat tahajud. Mereka mau meninggalkan tempat tidurnya untuk melaksanakan shalat dan bermunajad (Assajadah: 15). Demikian pula bagi para mujahid yang giat berjuang di jalan Allah lebih banyak pahalanya dari pada mereka yang duduk. (Annisa’: 95).
Ayat-ayat dalam Alquran tersebut menggambarkan ibadah yang dilaksanakan dalam kondisi sulit, namun tepap teguh dalam pelaksanaannya.2. Lebih penting
Didalam melakukan amal perbuatan didunia, manusia di hadapkan dengan berbagai macam pilihan, nampak kelihatannya semuanya penting dan amat mendesak, serta mengandung kemanfatan. Namun pilihlah dari yang penting tentu ada yang lebih penting dari pada yang penting bahkan ada yang paling penting. Ketika didalam hidup kita banyak mengalami perbagai macam persoalan, salah satu solusi kita memohon petunjuk kepada Allah dengan berdo’a dan melakukan shalat. Ingatlah ketika menjalankan shalat malam, shalat lima waktu jangan ditinggalkan, demikian pula ketika berdo’a memohon penyelesaian atas permasalahn yang dihadapi. Ikutilah do’a dengan melakukan amal shaleh, karena amal shaleh dapat dijadikan sebagai wasilah didalam kita memohon kepada Allah.
3. Kesannya lebih langgeng
Ketika melakukan perbuatan, maka kebaikan dan kemaslahatan akan terkesan lebih lama, menyampaikan pengajian, seminar, membuat karya tulis, membangun masjid, madrasah, ponpes dan sebagainya. Suatu amal ibadah yang mempunyai visi dan misi, sehinggat terjauh dari pola pikir praktis, untuk saat yang penting sekarang, untuk besok atau masa yang akan datang urusan nanti. Ini menandakan kepicikan pikiran dan prilaku sehingga manfaatnya dirasakan pada saat itu saja.
4. Dalam garis nabi
Melaksanakan ibadah mempunyai sandaran hukum dari Alquran dan hadits, jadi bukan dari tradisi masyarakat, karena bila kita melaksanakan suatu amal perbuatan namun tidak ada dasarnya maka amal tersebut ditolak.
5. Lebih mendahului dari orang lain
Lakukan ibadah lebih awal, ketika shalat di awal waktu, dalam berbuat baik selalu berlomba. Karena itu Alquran mengatakan “berlomba-lombalah dalam melaksanakan kebaikan. Begitu pentingnya sehingga didalam Alquran disebutkan 2 kali yaitu dalam surat Al Baqarah ayat 148 dan surat Al Maidah ayat 48.
6. Dilakukan dalam situasi yang sulit
Ibadah atau perbuatan baik yang dilakukan ketika kezaliman dan tirani sedang merajalela maka mempunyai pahala yang lebih besar, karena setiap saat selalu menghadapi bahaya. Al Maidah: 54, Al Ahzab: 39
7. Dibarengi dengan semangat dan kesinambungan
Tiada semangat dalam melaksanakan ibadah merupakan indikasi dari orang munafiq. Alquran mensifatkan orang-orang munafiq sebagai orang yang shalat dalam keadaan malas dan lesu. Tiada semangat yang nampak pada diri mereka (QS. Annisa’: 142). Demikian pula kesinambungan ibadah akan mewujudkan kesempurnaan. Rasul pernah mewartakan bahwa ibadah yang sedikit namun dilaksanakan secara berkesinambungan itu lebih baik daripada ibadah yang banyak namun disertai dengan kejenuhan dan rasa malas. QS. Jin: 16)
8. Jangan anggap besar ibadahmu
Syarat kesempurnaan ibadah seorang ‘abid adalah tidak berfikir bahwa ibadahnya itu sudah sangat banyak lalu membuatnya menjadi sombong. Karena bila merasa telah banyak maka akan menimbulkan rasa sombong sehingga menyebabkan nilai pahalanya menjadi hilang atau rusak. Maka sebanyak kita beribadah dibanding dengan zikirnya para malaikat maka tiadalah sebanding, karena mereka setiap saat selalu berzikir, taat dan patuh terhadap perintah Allah. (Al Anbiya’: 20)
9. Dengan bashirah (visi)
Visi yang dalam dalam masalah agama adalah rahasia bernilainya sebuah perbuatan dan ibadah, tanpanya amal ibadah tidak akan memiliki nilai yang semestinya. Dalam hadits kepahaman atau visi digantikan menjadi yaqin. Iman Ali berkata” Sesungguhnya amal yang sedikit namun berkesinambungan dan berdasarkan pada keyakinan lebih mulia disi Allah dari pada amal banyak tanpa keyakinan dan pemahaman. (Muhsin Qira’ati: Pancaran Cahaya Shalat)