Laki-laki diciptaan oleh Allah dari wujud yang berbeda, asal-mula kaum laki-laki adalah berasal dari tanah, sedang wanita adalah dari tulang rusuk suami. Dari penciptaan yang berbeda ini maka perilaku, kebiasaan dan karakternya juga berbeda, rasul pernah mewartakan:
إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلْعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلْعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهَا، وَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ وَفِيْهَا عِوَجٌ
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan sungguh bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah yang paling atasnya. Bila engkau ingin meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau ingin bersenang-senang dengannya, engkau bisa bersenang-senang namun padanya ada kebengkokan.” (HR. Al-Bukhari Muslim )
Sifat dari tulang adalah keras dan sulit untuk diluruskan, begitulah gambaran kepribadian wanita, setiap tindakan atau perilaku yang menyimpang dari wanita, bila dibiarkan maka akan merusak harkat dan mertabat wanita, oleh karena itu perlu adanya kebijaksanaan dari kaum laki-laki khususnya suami. Demikian pula harus ada kesadaran dari kaum wanita bahwa dirinya adalah memang demikian, perasaannya sangat peka, sehingga salah dalam penerapan akan membuat luka yang tidak akan pernah terlupakan.
Antara pria dan wanita mempunyai karakter yang berbeda, sebagaimana disampaikan oleh Drs. H. Budiharto seorang Widyais swara:
1. Seorang wanita mampu menyimpan cinta dalam hati selama empat puluh tahun, tetapi dia tidak dapat menyimpan kebenciannya meskipun satu jam. Sebaliknya kaum pria mampu menyimpan kebenciannya walau selama beberapa tahun, tetapi tidak mampu menyimpan rasa cintanya meskipun satu jam.
2. Seorang pria mendambakan istrinya dengan cinta yang pertama, sedang wanita mendambakan seorang suami yang mencintai dengan cinta yang terakhir.
3. Akal wanita terletak pada kecantikannya, sedang keindahan pria terletak pada akalnya.
4. Pria mengetahui jalan menuju hati wanita, sedang wanita tidak mengetahui jalan menuju akal pria.
5. Wanita ingin hidup berbahagia dengan cinta, sedang pria mencintai untuk hidup bahagia.
6. Pada waktu bertunangan laki-laki banyak bicaranya dan wanita banyak mendengarkan. Setelah kawin wanita yang banyak bicara, sedang laki-laki banyak mendengarkan. Setelah lama kawin suami istri banyak bicara dan tetangga yang mendengarkan.
7. Pria menginginkan cepat-cepat, wanita ingin lambat-lambat.
8. Wanita bagaikan gudang, pria bagaikan pabrik. Gudang adalah penyimpan barang berharga tetapi apabila diambil terus-menerus akan habis, sedang pabrik tidak menyimpan barang, tetapi terus-menerus berproduksi.
9. Wanita bagaikan gelas, sedang pria bagaikan bawang merah. Gelas bila pecah sulit untuk dikembalikan seperti semula, sedang bawang merah bila busuk diluar, bila dikupas maka akan kelihatan utuh.
10. Istri yang jujur dan setia kepada suami meringankan setengah beban kehidupan suami, sirnalah kebahagiaan seorang istri, jika ia tidak mampu menjadikan suaminya kawan yang termulia. Dan tidak mungkin seorang pria hidup berbahagia tanpa didampingi oleh istri yang mulia.
Kisah wanita teladan:
Pada zaman rasul ada seorang wanita yang bernama Ummu Sulaim, beliau adalah ibu kandung Annas bin Malik. Ummu Sulaim sudah lama menjanda, karena mempunyai komitmen ingin membesarkan anaknya, dan setelah anaknya menginjak dewasa beliau menikah dengan Abu Thalhah dan mempunyai anak yang diberi nama Abu Umair. Pada suatu saat Abu Umair sakit sehingga ketika suaminya bekerja ia di rumah diasuh oleh ibunya, namun sakitnya tidak kunjung sembuh akhirnya Abu Umair meninggal dunia, oleh ibunya jenazah Abu Umair dimandikan, dikafani lalu dibaringkan ditempat tidur.
Ketika Abu Thalhah pulang dari bekerja pada senja hari, seperti biasanya telah disambut oleh istrinya bahkan sudah berhias, marawat kecantikannya lalu menemani suaminya makan dan minum, dan tak lupa menanyakan tentang keadaan anaknya. Dijawab oleh istrinya bahwa anaknya dalam keadaan tenang dan lebih baik dari biasanya. Setelah tenang kemudian keduanya bermaksud untuk beristirahat, namun keduanya kemudian melaksanakan hajatnya layaknya pengantin baru (berhubungan intim). Setelah selesai istrinya menanyakan kepada suaminya. Bagaimanakah bila kanda dititipi suatu barang oleh seseorang, dan suatu saat barang terseut mau diambil. Maka di jawab oleh Abu Thalhah, ya harus dikembalikan, karena itu adalah hak miliknya. Kemudian Ummu Sulaim mengatakan, anak kita adalah titipan dan dia sudah diambil oleh Allah.
Mendengar penuturan istrinya Abu Thalhah amat sedih mengapa tidak dikatakan sejak tadi, namun karena semuanya sudah tyerjadi dan beliau tidak bisa berbuat apa-apa dan pada pagi harinya melaporkan perihal tersebut kepada Rasulullah SAW. Dan Rasulullah menjawab wahwa Allah meridhai berkumpulnya pada malam hari, dan ini memang terbukti bahwa, Ummu Sulaim lalu hamil melahirkan anak yang diberi nama Abdullah bin Abu Thalhah yang akhirnya mempunyai sembilan anak yang semuanya hafal Alquran