Sakit dan Penyebabnya
Ada sebuah kata hikmah yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan bagi kita sekalian, “Ketika sedang mendapat musibah bersabarlah dan ketika mendapat nikmat bersyukurlah”. Persepsi secara umum sakit adalah merupakan musibah, karena ketika sakit maka produktifitas dan kinerja akan menurun bahkan bisa jadi hilang sama sekali. Diwaktu sakit bisa dijadikan sebagai bahan muhasabah, mengapa sakit dan apa sebabnya serta apa obatnya. Dalam salah satu hadits Rasulullah bersabda bahwa semua sakit pasti ada obatnya, dan kitapun dianjurkan agar menggunakan waktu sehat sebelum datangnya waktu sakit.Sakit dan sebabnya
2) Makanan, dalam hadits disebutkan bahwa perut menjadi sumber penyakit. Perut yang menjadi penampung, pengolah dan pendistribusi segala segala makanan, bila suplay makanan dan minuman dalam perut sesuai dengan kapasitas, kemampuan dan kebutuhan makanan akan terjadi keseimbangan dan kondisi tubuh akan sehat. Tetapi sebaliknya bila makanan yang masuk tidak sesuai dengan kemampuan, misalnya makanan terlalu keras, terlalu pedas, terlalu banyak, terlalu panas atau memakan makanan yang terlalu banyak mengandung lemak, terlalu banyak makanan yang mengandung unsur hewani maka akan terjadi ketidakstabilan dalam sistem metabolisme tubuh, terjadinya penimbunan lemak ini akan menimbulkan penyakit penyumbatan pembuluh darah, jantung, paru-paru, asam urat dan high kolestrol.
3) Pikiran terlalu banyak beban, bekerja terforsir yang tidak diimbangi dengan olahraga yang teratur. Beban fikiran dan terlalu banyak frekwensi pekerjaan menjadikan selera makan berkurang. Perut yang semestinya sudah bekerja untuk mengolah makanan kurang maka selanjutnya perut akan terasa melilit, bila terjadi pada kurun waktu yang lama maka akan menimbulkan sakit mag dan selanjutkan akan merembet apada organ tubuh yang lain menjadi tidak stabil.
4) Lingkungan yang tidak bersahabat, baik itu dimasyarakat, disekolah, dikantor dan dilingkungan manapun yang tidak bersahabat maka akan menjadi sebab timbulnya penyakit. Sikap dari rekan kerja yang egois, individualistik maka akan menimbulkan beban fikiran karena jiwa sosial dan semangat kekeluargaan yang selalu dilaksanakan tidak pernah mendapat balasan yang setimpal. Demikian pula dalam kehidupan masyarakat yang lebh kompleks, terdapat suku, agama, ras yang berbeda maka akan menimbulkan perilaku yang berbeda. Ada seratus orang maka akan ada seratus kehendak, walaupun kadang ada persamaan kehendak.
Perilaku dalam masyarakat sangat bervareasi ada yang cenderung berbuat baik, suka menolong, tenggang rasa tetapi ada yang suka berbuat onar, bisik sana bisik sini, mengadu domba sesama saudara, suka minum-minuman keras, mabuk-mabukan, berjudi, mencuri dan merampok menjadi perilaku nyata yang ada ditengah-tengah masyarakat. Maka bila kondisi lingkungan yang tidak bersahabat akan menimbulkan kebencian, keinginan untuk merubah kemungkaran, sikap berontak bergejolak didalam jiwa, lama kelamaan akan menimbulkan tekanan jiwa (stress), dimasyarakat terasa tidak nyaman maka akan menimbulkan sakit.
5) Ceroboh dan tergesa-gesa dalam melakukan aktifitas kehidupan.
Berangkat kerja memakai kendaraan pribadi, waktu terlalu mepet, diperjalanan ngebut, ditikungan menyalip, tidak menjaga jarak, terjadi kecelakaan yang tidak didinginkan tetapi seolah-olah direncanakan. Makan ikan air atau ikan asin ada durinya yang tidak hati-hati maka duri bisa ikut tertelan, karena terlalu kasar maka duri menancap ditenggorokan, inipun akan mendatangkan musibah, akan menimbulkan rasa sakit untuk menelan makanan terasa sakit.
Musibah yang demikian ini dapat dihindarkan manakala dalam setiap waktu dapat mengelola waktu dengan sebaik-baiknya. Karena dalam kehidupan ini banyak orang yang beruntung atau merugi karena waktu, mengapa semua orang diberi waktu yang sama tetapi mempunyai kualitas dan produktifitas yang berbeda. Tentunya sebelum menyandarkan urusan pada qadha dan qadar Allah hendaknya dapat meneliti pada konsep hidup usaha, ikhtiar dan tawakal. Tiga hal harus seimbang dan berjalan beriringan, salah satu tida bisa ditinggalkan.
6) Sakit yang sadar ketika sedang sakit.
Ketika sedang sehat maka akan terasa enjoy, tetapi bila kemudian datang sakit yang tidak kunjung sembuh, akhirnya akan menerka-nerka tentang apakah penyebabnya. Makan teratur dan sesuai dengan standar gizi, berasal dari orang tua yang sehat jasmani dan rohani, aktifitas yang dilakukan sudah sesuai dengaa perencanaan dan tidak pernah terjadi masalah, maka tidak jarang ada yang menerka-nerka bahawa sakitnya karena terkena guna-guna, ada juga yang melakukan instrospeksi bahwa penghasilaan yang diperolehnya tidak pernah dikeluarkan zakatnya. Atau penghasilan yang diperoleh tidak pernah mendapatkan berkah, karena sesunggunya harta yang halal itu dari segi zat, sifat mapupun cara mencarinya. Maka akhirnya ditemukan sendiri penyebaba sakitnya yang idak bisa ditemukan dalam diaknosa dokter.
Bila hal ini terjadi dan menjadi kenyataan hendaknya segera bermuhasabah, ada apa dengan dirinya. Sudahkan standar hidup dan perilaku sudah selaras dengan Sunnatullah, karena Allah menciptakan manusia mempunyai maksud dan tujuan untuk beribadah kepada Allah. Dan setelah manusia diciptakan oleh Allah maka hanya manusialah yang memegang peran ganda sebagai hamba ‘Abdullah (hamba Allah) dan khalifatullah (wakil Allah). Maka dua peran ganda ini hendaknya berpedoman kepada Sunnatullah dan sunnah rasul.
Setiap orang menginginkan sehat secara jasmani dan rohani, maka berbagai upaya dilakukan untuk bisa sehat, makan, minum, olah raga teratur dan seimbang. Rohaninya juga selalu dibekali dengan siraman rohani baik melalui pendidikan, pengajian, kesenian, dan kehidupan berorganisasi dengan harapan agar kondisi jiwa menjadi lebih fresh yang tercipta pada tubuh yang segar berseri-seri. Sakit memang kondisi yang tidak dikehendakai, namun bila suatu saat dialami, tentu harus segera diobati dan yang tak kalah penting bagimana upaya untuk memperoleh taraf hidup sehat dan terhindar dari sakit.