Ketika Aku Sakit, Bagaimana....?
Operasi adalah suatu keputusan yang amat berat dan menyimpan sejuta perasaan yang tidak mengenakkan. Padahal menurut tinjauan medis memang itulah jalan satu-satunya, karena itu untuk melakukan operasi dengan harapan untuk menjadi lebih baik akan menentukan kesembuhan pada pemulihan pasca operasi. Pada dasarnya tulisan ini merupakan kelanjutan dari "Apa yang harus dilakukan ketika aku sakit". Karena itu dengan membaca tulisan ini dengan cermat mudah-mudahan kita selalu mempunyai sikap yang realistis dan optimis dan menatap hari esok yang lebih baik
Saran dari dokter untuk melakukan operasi, dengan gambaran kualitas kesehatan dengan obat-obatan dan operasi sebagaimana diatas bisa saya terima namun secara mental spiritual belum siap untuk melakukannya. Tentu kita akan bertanya, mengapa belum siap. Coba kita berfikir dan merenung dengan pola fikir orang awam, bagaimanakah ketika dada dibelah, jantung dibelah. Mungkinkah masih dapat bertahan untuk hidup, tentu bayangan yang muncul tentu akan mati. Bagaimanakah bila kematian itu menjemputnya, tentu akan meninggalkan segalanya. Anak, istri,orang tua dan orang-orang yang dicintai, inilah spontanitas pemikiran.
Selanjutnya bila berfikir secara mendalam, memikirkan tentang keagungan Allah sebagai Sang Khaliq, kita tidak diperkenankan untuk negative thingking. Karena Allah Maha kuasa, Allah Maha Hidup dan Allah juga menghidupkan, Allah Maha Kuasa. Bila Allah telah menakdirkan tentang seuatu urusan maka tidak ada yang dapat menghalanginya. Demikian pula tentang hidup dan mati semuanya berada pada kekuasaan Allah. Kematian pasti akan terjadi, namun kematian itu berada dalam kekuasaan Allah. Apabila kematian itu telah datang maka tidak akan dapat ditunda dan tidak akan dapat diajukan. Mengapa takut dengan kematian sedang kematian itu berada dalam kekuasaan Allah. Yang lebih penting adalah bagaimanakah bisa memperoleh kehidupan dengan kesehahatan yang sempurna. Karena dengan kesehatan ini akan dapat menikmatai seluruh anugerah Allah SWT.
Sesungguhnya Allah menurunkan suatu penyakit maka Allah pula menurunkan obatnya sebagaimana sabda rasul
ان الله تعالى لم ينزل داء الا انزل الله له دواء علمه من عمله وجهله من جهله الا السلام وهو الموت (رواه الحاكم)
Artinya: " Sesungguhnya Allah Ta'ala tidaklah menurunkan suatu penyakit, kecuali Allah menurunkan obatnya, baik obat yang telah diketahui oleh orang maupun yang belum diketahuinya, kecuali penyakit maut (HR. Hakim)
تداوواعبادالله, فان الله تعالى لم يضع داء الا وضع له دواء غير داء واحدالهرام (رواه احمد والاربعه وابن حبان والحاكم)
Artinya: " Berobatlah wahai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan suatu penyakit, kecuali telah diturunkan pula obatnya, selain penyakit satu, yitu penyakit tua (pikun)"
Keyakinan memang harus dengan ilmu, ketika kami tetap yakin bahwa kelainan ini bisa diperbaiki tanpa operasi, pada bulan Desember 2006 saya merasakan tidak nyaman kembali, sehingga harus control ke RSUP dokter Sardjito dan diperiksa oleh dokter Nahar Taufiq. Sebelum diperiksa oleh dokter, salah seorang perawat menyesalkan mengapa minum obatnya berhenti, karena sakit jantung itu tidak boleh berhenti minum obat. Akhirnya setelah bertemu dengan dokter yang kembali menyarankan untuk melakukan operasi, sayapun menyatakan siap.
Karena operasi bedah torak ini adalah operasi besar, maka harus dilakukan pemeriksaan seluruh organ tubuh, hal ini dilakukan untuk meyakinkan bebas dari kuman yang akan menggagalkan proses dan pasca operasi. Kemudian dokter memberikan rujukan interen untuk periksa Gilut (Gigi dan Mulut) dan THT (Tenggorokan Hidung dan Telinga). Alhamdulilah Gilut tidak ada masalah kemudian kami lanjutkan ke poli THT. Dengan telaten kami ikuti nasehat doter THT untuk periksa laboratorium dan pengobatan radang tenggorokan + 1,5 bulan, akibat obat antibiotic yang saya minum selama ini ternyata ada ada obat yang bagi saya alergi sehingga menimbulkan bercak hitam di perut. Sehingga kembali harus dirujuk ke poli kulit.
Pada saat saya kontrol yang terakhir pada hari Sabtu 17 Pebruari 2007 setelah semua dokter memberikan kepastian tidak ada kuman yang membahayakan proses dan pasca operasi akhirnya dokter Nahar Taufiq memastikan bahwa hari Kamis 22 Pebruari 2007 akan dilakukan operasi sehingga mulai tanggal 19 harus rawat inap guna persiapan.
Hal ini dapat menjadi pelajaran bagi kita bersama bahwa dari hal yang kecil nampaknya tidak bisa disepelekan, sakit yang dipandang sepele ternyata menjadi penyakit berat yang membutuhkan penanganan serius, penyakit yang memerlukan penanganan cepat, berhati-hati dan profesional. Jauhkan dari sikap su'udzan terhadap Allah SWT, karena ketika Allah menimpakan penyakit pada umatnya maka disanalah terletak hikmah dan hidayah dari Allah, agar manusia lebih menyukuri nikmat sehat. Bahkan ketika sehat agar menggunakannya untuk melaksanakan perintah-perintah Allah. Dan dengan sakit itu Allah akan mengangkat derajat umatnya serta sakit merupakan penebus dari dosa-dosa yang telah dilakukan.
Betapa banyak ketika sehat mengunakan waktu untuk berfoya-foya, banyak melalaikan perintah Allah, namun ketika sakit tentunya ingin segera sembuh. Keinginan ini akhirnya menyadarkan dirinya ingat kepada Allah, kewajiban menjalankan shalat lima waktu tidak pernah ditinggalkan bahkan selalu dilaksanakan dengan berjama'ah, masih kurang dengan kewajiban shalat lima waktu masih ditambah dengan ibadah shalat sunnah rawatib, bahkan ketika malam hari, selalu meluangkan waktu untuk melaksanakan shalat malam, bersujud, berdzikir memohon ampunan kepada Allah SWT.
Demikian pula dengan kewajiban untuk membayar zakat disempurnakan dengan mengeluarkan infaq dan shadaqah. Padahal ketika sehat jangankan shadaqah, zakat yang merupakan kewajiban pokok tidak pernah dijalankan dan hanya mambayar zakat fitrah. Bagaimanakah dirinya akan baik, bila harta yang dimakan tidak dibersihkan, maka secara otomatis sikap tama', rakus, takabur dan sikap-sikap lainnya selalu menyatu pada dirinya bahkan menjadi karakternya, na'uzubillahi min zaalik.
Maka siapapun yang sedang menderita sakit, hendaknya selalu memperbanyak dzikir kepada Allah, bermuhasabah seraya tawadhuk kehadirat Allah, memandang hina dan salah dihadapan Allah. Merenung dan menyadari bila sakit yang sedang diderita itu adalah merupakan azab dari Allah karena dosa dan kesalahan yang telah dilakukan, sebagai hamba banyak melalaikan perintah-perintahnya dan jarang melaksanakan perintah-perintahnya. Karena perbuatan-perbuatan ini adalah tidak selaras dengan kehendak Allah segeralah bertobat dengan tobat nashuha.
Indikasi dari tobat nashuha ini adalah tidak akan mengulangi perbuatan jelek yang serupa pada waktu yang lain, tobat nashuha juga bersedia untuk menggantikan setiap perbuatan yang jelek dengan perbuatan yang baik seraya menyesali setiap perbuatan jelek yang telah dilakukan. Tobat kepada Allah adalah suatu hal yang berat untuk dilakukan, apabila merasa dirinya sebagai orang yang sehat, masih jaya, masih banyak bergelimpang dengan harta benda dengan segala kemewahannya, tidak memperhatikan darimana harta tersebut diperoleh dan berapa banyak tidak pernah dikeluarkan haknya dengan mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah. Bahkan terhadap saudara dekat yang sedang kekurangan dan kesusahan tidak pernah memberikan pertolongan, ada anak yatim tidak berupaya untuk menyantuni. Bahkan kadang memahami firman Allah hanya bersifat sepihak, sebagaimana firman Allah "Walanaa a'maluna walakum a'malukum" bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu"
Memang benar bahwa setiap amalan itu tergantung pada dirinya sendiri dan setiap amal perbuatan manusia kelak di yaumil qiyamah akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Namun bukan berarti bahwa setiap perbuatan itu urusan sendiri, mau melaksanakan apapun urusan dirinya sendiri, orang lain tidak perlu diperhatikan. Didalam Alquran terdapat di tiga surat, didalam surat Al Baqarah ayat 139, surat Al Qashahs ayat 55 dan surat Asy Syura ayat 15
Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati, (Al Baqarah: 139)
" Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil". (Al Qashas 55)
" Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)" (Asy Syuura:15)
Tobat membutuhkan keinsafan, bahwa kehidupan ini akan berakhir dengan kematian. Setelah kematian akan berhadapan dengan pengadilan Allah SWT, suatu pengadilan yang tidak bisa disuap, tidak bisa dibohongi, tidak ada kemunafikan, namun hanya amal shaleh yang kelak akan menjadi teman setia, akan menjadi pembela dihadapan Allah SWT. Kapan waktu kedatangan pengadilan Allah, yaitu diawali dengan datangnya kematian, tidak ada yang tahu, bisa nanti, atau besok, bisa ketika datang waktu senang atau susah, bisa sedang sendirian atau sedang bersama dengan orang banyak. Bisa ketika waktu tua atau muda, maka sebaik-baik manusia adalah yang selalu ingat akan kematian. Dalam hadits rasuil disebutkan:
اعمل لدنياك كانك تعيش ابدا واعمل لاخرتك كانك تموت غدا
Artinya:
" Beramallah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup untuk selamanya dan beribadahlah untuk akherat seakan-akan besok kamu akan mati".
Allah maha penerima tobat, namun Allah tidak akan menerima tobat ketika ajal sudah sampai tenggorokan, maka segeralah bertobat sebelum ajal tiba
ان الله عز وجل يقبل توبة العبد مالم يغرغر (روا الترمذى)
Artinya: Sesungguhnya Allah Yang maha Mulia dan Maha Agung menerima tobat hamba-Nya (yang berdosa besar dan kecil), selama sebelum sekarat (nyawanya belum sampai tenggorokan)”. (HR. Tirmidzi).
Kedua bahwa sakit itu adalah merupakan ujian dari Allah, sejauhmana hamba Allah menerima ujian. Didalam Alquran bahwa Allah menyebutkan tidak cukup bagi orang Islam yang mengatakan bahwa "kami beriman kepada Allah" akan tetapi Allah akan memberikan ujian. Maka ketika diberi ujian oleh Allah berdo'alah agar diberi kekuatan dan kesabaran dalam menerima cobaan, namun disamping berdo'a juga banyak melakukan dzikir, karena didalam Alquran Allah memerintahkan agar memperbanyak dzikir
" Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya".
Dan didalam surat Al Baqarah ayat yang terakhir menyebutkan.
Artinya:
" Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".
Dan yang ketiga bahwa sakit itu disebabkan karena jamur, kuman dan virus yang bersarang ditubuh manusia, karena manusia berinteraksi dengan alam sekitar. Semua makhluk alam ini akan semakin leluasa berkembang biak bila manusia mempunyai gaya hidup yang buruk, misalnya mengkonsumsi Narkoba, suka merokok, makan, minun, tidur tidak tetatur, kadang berlebihan kadang kekurangan. Oleh karena insya-Allah pada kesempatan posting yang akan datang kita sambung dengan bahasan "Gaya hidup sehat wujudkan sehat jasmani dan rohani"