HIDUP SEHAT DI USIA TUA
(Sebuah harapan bina penyuluh agama bagi Lansia)
Siapapun orangnya tentu menginginkan hidup sehat, karenanya berapapun harta kekayaan yang dimiliki, tingginya pangkat dan jabatan namun bila tidak sehat maka tidak akan merasakan nikmat. Sehat itu mahal harganya, sakit itu banyak duitnya. Begitu mahalnya nilai sebuah kesehatan sehingga banyak sekali usaha yang ditempuh agar merasakan dan memperoleh derajad kesehatan. Ada yang menempuh jalan berolah raga secara teratur, melakukan pelatihan managemen qalbu, mengadakan dzikir bersama, melakukan yoga dan cara-cara lain yang diharapkan akan memperoleh keseimbangan jasmani dan rohani.
Dari sisi materi ada yang tanpa biaya dan ada yang membutuhkan biaya mahal, sehingga memerlukan pertimbangan dan perhitungan, dari sisi waktu membutuhkan kedisiplinan, dan sikap mental positif untuk memperoleh yang lebih baik. Maka tepat sekali bila sehat itu mahal harganya sebaliknya sakit itu banyak duitnya, tak seorangpun yang menginginkan menderita sakit, karena sakit itu disebabkan tidak berfungsiya salah satu atau beberapan organ tubuh, maka agar organ tubuh itu menjadi normal, memerlukan banyak sekali uang. Banyaknya harta, tingginya pangkat dan jabatan harus diwujudkan dalam bentuk duit untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan pengobatan. Banyak sedikitnya uang yang diperlukan tergantung dari berat-ringannya suatu penyakit. Bila itu penyakit ringan maka bisa diatasi dengan pengobatan yang sederhana, namun bila penyakitnya itu adalah penyakit berat/ kronis tentu membutuhkan perawatan dokter dengan mengeluarkan pembiayaan yang mahal.
Usia tua tetap sehat.
Usia tua pada umumnya tempat bersarangnya penyakit, usia muda yang sehat, namun ketika menginjak usia tua kualitas kesehatan menjadi menurun, yang ditandai dengan berkurangnya pendengaran, penglihatan, gemetaran, sering kencing, bingung dan mudah lupa, yang dalam istilah jawa disingkat dengan 5 B 1 L (budeg, blawur, buyuten, beser, bingung, lalen). Hal ini disamping karena pengaruh usia, namun juga karena kehilangan teman dan tempat bermain, bersendau gurau, kehilangan jabatan (pos power syindrom). Pangkat dan jabatan yang telah disandangnya selama bertahun-tahun, sehingga membuat ucapannya selalu didengar, nasehatnya dilaksanaan, marahnya membuat orang menjadi takut, kepribadiannya membuat orang menjadi kagum, jabatannya membuat orang menjadi tunduk dan patuh.
Ketika memasuki usia tua kenangan itu hanya tinggal cita-cita dan harapan, maka judul yang penulis sampaikan ini adalah salah satu bunyi umbul-umbul yang dibuat oleh perusahaan Pera-pera, sebuah organisasi marketing yang bergerak dibidang alat-alat kesehatan, awal kegiatan promosi dengan penawaran produk yang berharga puluhan ribu rupiah dan sampai pada ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Trik yang mereka sampaikan sangat menarik dan menimbulkan sikap ketagihan dari para pengunjung, setiap pengunjung diberikan hadiah, ember, keranjang sampah, gayung dan bagi yang dapat menjawab pertanyaan diberikan hadiah, baik dari produk yang diperjualkan atau hadiah yang lain. Materi presentasi yang selingi dengan irama musik, diikuti oleh para pegawai yang ikut menyanyi dan menari jejingkrakan, gerakan kawula muda yang masih trengginas, cekatan membuat para pengunjung terkagum-kagum dan ingin menirunya. Irama musik dalam ruangan tertutup dan ber-AC sungguh dapat menghilangkan kepenatan, kebosanan dalam keluarga, sehingga menjadi media refresing yang murah. Diantara pengunjung mengatakan bahwa, pikirannya menjadi fress, karena dirumah tidak ada teman, dirumah tidak pernah bergerak, mau berjoget malu dilihat cucunya, bahkan dirumah tidak pernah tertawa dengan terbahak-bahak. Namun ketika mengikuti presentasi bisa tertawa, bicara, dan berjoget sepuasnya. Adalagi yang mengatakan bahwa materi yang disampaikan ilmiah, mudah diterima, tidak membosankan dan tidak membikin kantuk.
Begitu trik yang jitu dalam membangkitkan semangat para pengunjung, sehingga mereka merasa puas, bahkan kegiatan ini dapat diikuti oleh orang-orang yang sudah baligh. Dari itu penulis bercita-cita untuk mempunyai suatu daerah binaan khusus bagi Lansia (lanjut usia) yang belum mendapatkan perhatian secara maksimal, mereka belum mempunyai forum dan perkumpulan. Sehingga yang terjadi masa tua (Lansia) hanya untuk menghabiskan sisa umur yang diberikan Allah SWT.
Play groupnya Lansia.
Islam sangat menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat orang tua, sekalipun orang tua sudah udzur, pikun dan selalu sakit-sakitan, dan melarang adanya euthanasia (mengakhiri hidup). Yang menjadi permasalahan adalah apa yang harus dilakukan oleh orang tua, apakah mereka harus tetap bekerja, ataukah harus beristirahat total, menghabiskan sisa umur yang diberikan oleh Allah SWT. Dilihat dari kondisi sosial ekonomi status orang tua dapat dibedakan menjadi:
- Tetap bekerja diusia senja/ udzur, hal ini mengingat kondisi anak-anaknya tergolong orang-orang yang miskin, karena penghasilan anak-anaknya sangat kurang untuk memenuhi hajat hidup keluarga, sehingga walaupun orang tuanya sudah udzur mereka dengan sendirinya harus tetap bekerja dengan semangat kerja yang tinggi.
- Bekerja sekedar untuk menghibur diri, karena anak-anaknya termasuk berkecukupan, sehingga seandainya dirinya bekerja hanya sekedarnya saja. Bekerja untuk memperbanyak amaliyah yang tidak memperhitungkan hasil, kecuali untuk membantu orang lain dan kepentingan umum.
- Istirahat secara penuh, semangat yang masih ada namun tenaga yang sudah tiada, keinginannya tetap bergairah untuk melakukan aktifitas sebagaimana yang dilakukan ketika masih muda, namun tenaga dipaksakan, sekalipun kebutuhan harian sudah dipenuhi oleh anak-anaknya, mereka berkeinginan terus bekerja. Maka tidak menutup kemungkinan suatu saat dirinya akan jatuh sakit. Bila sehat ingin bekerja lagi namun sakit lagi begitu seterusnya. Maka akhirnya dirinya harus mengurung diri, tidak mau berinteraksi dengan masyarakat.
Secara umum orang tua seharusnya beristirahat namun bagi mereka yang sejak kecil terkenal sebagai orang yang giat bekerja, aktif, kretaif maka ketika datang waktu tua tetap tidak mau tinggal diam, secara umum meraka adalah orang-orang yang kesepian, membutuhkan teman untuk menularkan pengalaman yang telah lalu. Maka ketika bertemu akan bercerita dengan materi A, pada masa yang akan datang A lagi begitu seterusnya, dan mereka lebih senang bercerita dari pada mendengarkan. Bagaimanakah ketika yang mendengarkan anak-anaknya atau cucunya atau orang muda yang lain. Yang terjadi rasa risih, berupaya untuk memaksa berpura-pura memperhatikan, dengan respon yang dingin. Agar tidak menyinggung perasaanya demikian pula untuk menunjukkan rasa hormatnya kepada orang tua. Namun ketika yang mendengarkan anak-anak yang biasa bicara latah, maka akan mengatakan, "bicara kok itu-itu saja apa tidak ada yang lain", sambil sewot meninggalkannya.
Apalagi pada tempo sekarang jarang ditemukan orang-tua yang dikelilingi anak-anak untuk mendengarkan cerita, karena sekarang cerita dari orang tua sudah divisualisasikan lewat TV. Berbeda dengan tahun-tahun yang lalu sebelum ada pesawat TV, anak-anak sering berkumpul mengelilingi orang tua untuk mendengarkan cerita atau dongeng darinya.
Orang tua sekarang dengan dahulu secara emosional adalah sama-sama ingin berkumpul dengan teman sebaya, namun sejauh ini belum ada media seperti panti jompo yang pas bagi mereka. Yang ada barulah majlis ta'lim dengan komunitas beragam, tua muda, besar kecil, laki-laki perempuan berkumpul bersama-sama. Maka sangat baik sekali menjadi wilayah bina bagi penyuluh agama fungsional untuk melakukan terobosan melakukan binaan dengan obyek para Lansia. Binaan ini bukan merupakan suatu yang diada-adakan daripada tidak melakukan kegiatan. Namun binaan ini adalah menjadi suatu yang indah bila menjadi play group bagi Lansia.
Apakah kegiatan paly group Lansia sama dengan majlis ta'lim atau forum pengajian, bentuknya tidak sama namun didalamnya ada unsur pengajian yang lebih menekankan pada pengamalan dan kebersamaan. Namun yang jelas bahwa didalamnya berisi kegiatan yang dapat memperhatikan dan menumbuhkan semangat secara keseluruhan. Baik itu masalah kebersihan, kesehatan, ketrampilan, kebersamaan, persaudaran dan sebagainya. Adapun penjabaran dari pelaksaaan kegiatan tersebut dapat berkoordinasi dengan Dinas/ Instansi terkait serta masyarakat sekitarnya. Misalnya mengenai kesehatan, cek kesehatan, imunisasi berkoordinasi dengan DKKS. Untuk menyediakan sarana keterampilan dapat berkoordinasi dengan Disperindagkop dan sebagainya.
Alangkah indahnya ketika kita jumpai berkumpul bersama-sama, suatu saat mereka mandi bersama, jalan-jalan bersama, duduk-duduk bersama, makan bersama, bermain, cerita, tertawa terkekeh-kekeh yang jarang ditemukan ketika mereka terkurung didalam rumahnya. Suatu saat disaksikan orang tua yang sedang melukis, menulis, menganyam bambu, membuat mainan anak, semuanya dapat kembali dengan aktifitas sebagaimana waktu muda dengan kondisi yang rilek. Terasa sejuk lagi ketika mereka membaca Alquran, berdzikir, mengikuti pengajian dan melaksanakan shalat berjama'ah. Sungguh menjadi pemandangan yang indah, semua akan merasakan bahagia. Beban fakir akan menjadi hilang, maka sakit yang akan menggerogoti pada usia tua akan menjadi sehat.
Kesehatan pada usia tua bukan diperoleh dengan berlimpahnya harta, kemewahan, tempat tidur yang indah dan makanan yang lezat. Namun perlunya keseimbangan antara jasmani dan rohani, unek-unek yang terpendam keluar lewat cerita yang terlampiaskan terhadap teman sebaya. Senyum dan tawa yang terpendam meledak menjadi wajah bersinar dan berseri-seri. Insya-Allah play group Lansia akan dapat mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami oleh orang tua.
Hilangkan misperseption bahwa wilayah binaan penyuluh agama fungsional hanya majlis ta'lim, dengan mengisi pengajian-pengajian diatas mimbar, hendaknya mengingat pada definisi Penyuluh Agama sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 574 tahun 1999 dan nomor 178 tahun 1999, Penyuluh Agama adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak yang penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan dengan bahasa agama.
Jadi dimanapun wilayah binaan penyuluh agama baik dimasyarakat pedesaan, perkotaan, masyarakat pasar, transmigrasi, maka ketika penyuluh agama sudah menjadi bagian dari komunitas masyarakat kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan mempresentasikan dan mengaplikasikan sifat-sifat rasul (shidiq, amanah, tabligh, fathanah). Sehingga kedudukan dimasyarakat hendaknya dapat memberikan pelayanan, tempat berkonsultasi dan bimbingan dalam rangka meningkatkan ketaqwaan dan kerukunan umat beragama. Pembimbingan yang meliputi pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta menjabarkan segala aspek pembangunan melalui pintu dan bahasa agama. Oleh karena itu menjadi kebutuhan dan tuntutan bagi penyuluh untuk menjadi orang-orang yang loba terhadap berbagai informasi, ilmu pengetahuan, suka mengembangkan ilmu, mengadakan pelatihan, percobaan dan verifikasi.